Dirjen Pajak: Jangan Main-main Sama Tiongkok!

Jakarta -Pada masa Orde Baru, ekonomi Indonesia sangat ketergantungan kepada Amerika Serikat (AS), karena banyak ekspor Indonesia didominasi ke Pasar Negeri Paman Sam tersebut. Namun sekarang keadaan berubah, ekonomi Indonesia bergantung pada Tiongkok.

"Zaman Orde Baru ekonomi kita bergantung kepada AS, Eropa, dan Jepang. Di 2005-2006 Tiongkok muncul dan sekarang 19% ekspor kita ke Tiongkok, AS hanya 9%. Jadi Tiongkok penting sekali buat kita, jangan main-main sama Tiongkok," ujar Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis malam (26/6/2014).


Selain Tiongkok, 20% ekspor Indonesia adalah ke negara-negara ASEAN. Dari fakta ini, Fuad mengatakan, perlambatan ekonomi di Tiongkok sangat berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia dan juga pendapatan pajak.


"Tahun ini pertumbuhan ekonomi Tiongkok trennya menurun ke 7%. Ini berarti impor mereka turun, atau ekspor kita negatif. Lalu penerimaan pajak ekspor turun. Ini sudah kita rasakan juga tahun lalu," papar Fuad.


Selain pajak ekspor, pelemahan ekonomi Indonesia juga membuat impor turun. Kondisi saat ini seolah-olah defisit neraca perdagangan berkurang. Padahal ini karena ekspor dan impor turun. "Berarti pajak dua-duanya turun," kata Fuad.


Pelemahan ekonomi ini memang bisa terlihat dari penerimaan pajak yang menunjukkan perlambatan, khususnya di sektor Pajak Pertambahan Nilai (PPN).


Fuad memaparkan, penerimaan pajak sejumlah sektor pada Januari-20 Juni 2014 memperlihatkan pertumbuhan yang terbatas bahkan ada yang turun khususnya Pertambangan dan penggalian hingga Pertanian, kehutanan, dan perikanan.


Berikut datanya:



  • Industri pengolahan Rp 159,346 triliun, naik 10% dari tahun lalu

  • Perdagangan besar dan eceran Rp 68,82 triliun, naik 13% dari tahun lalu

  • Jasa keuangan dan asuransi Rp 60,59 triliun, naik 15% dari tahun lalu

  • Pertambangan dan penggalian Rp 29,454 triliun, turun 1,02% dari tahun lalu

  • Konstruksi Rp 20,129 triliun, naik 20% dari tahun lalu

  • Informasi dan Komunikasi Rp 16,275 triliun, naik 11,56% dibanding tahun lalu

  • Transportasi dan Pergudangan Rp14.285 triliun, naik 15,39% dari tahun lalu

  • Real Estat Rp 9,73 triliun, naik 8,23% dari tahun lalu

  • Jasa profesional, ilmiah, dan teknis Rp 9,36 triliun, naik 14,53% dibandingkan tahun lalu

  • Pertanian, kehutanan, dan perikanan Rp 7,56 triliun, turun 4,02% dibandingkan tahun lalu.

  • Sektor lainnya Rp 38,048 triliun, naik 6,7% dari tahun lalu.


(dnl/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!