Program Penggunaan Bioetanol dari Tebu Masih Mandek

Jakarta -Program penggunaan bahan bakar nabati (BBN) bioetanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium jalan di tempat. Selama ini bioetanol bersumber dari olahan tebu, jagung, dan singkong.

"Bioetanaol belum jalan," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbaharukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Rida Mulyana saat berdiskusi di Aula Gedung Ditjen EBTKE di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (15/08/2014).


Salah satu kendala tidak berjalannya program bioetanol karena masalah penetapan harga. Harga biaya pokok produksi (BPP) bioetanol masih di bawah harga patokan penjualan (HPP). Artinya produsen tak akan tertarik memproduksi bioetanol.


"Harga yang membuat para produsen bioetanol tidak mau produksi. Jadi BPP lebih rendah dari HPP. Ini yang menjadi perhatian kita belum ke bioetanol," tuturnya.


Selain masalah harga yang belum menarik produsen Bioetanol, kondisi harga gula dunia juga sedang mengalami fluktuasi. Dari beberapa kendala itu, Rida menargetkan program bioetanol baru bisa berjalan efektif di tahun 2016 mendatang.


"Saya punya angan-angan bietanol akan berjalan di 2016. Sekarang produksinya kita belum sampai 3 juta liter baru ratusan ribu liter," cetusnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!