BUMN Ini Ditagih Utang Rp 2 Triliun, Dirut: Kami Enggak Punya Uang

Jakarta -PT Kertas Leces (Persero) mengaku belum punya cukup uang untuk membayar utang-utangnya senilai total Rp 2 triliun dari 26 kreditur yang terdiri dari 21 concurrent, 3 preferences, dan 2 separatis.

"Saat ini kami nggak punya uang," kata Direktur Utama Kertas Leces Budi Kusmarwoto saat konferensi pers di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (24/12/2014).


Saat ini, Budi menjelaskan, perseroan masih fokus memproduksi kertas konvensional seperti kertas budaya dan industri (HVS dan HVO) namun produksi dilakukan hanya saat ada permintaan saja. Oleh karenanya, kegiatan produksi perseroan belum bisa menutup segala beban perusahaan.


Kertas merupakan komoditas yang nilai produknya sangat fluktuatif di samping kemajuan teknologi informasi yang mengarah pada dunia paper less. Sementara infrastruktur perusahaan tidak terintegrasi dengan ketersediaan bahan baku, sehingga menghambat kinerja bisnis perseroan. Hal itu menyebabkan perseroan mencatat kerugian meski kapasitas produksi meningkat.


Tak hanya itu, perseroan juga tidak punya hutan tanaman industri sehingga sangat tergantung pada harga bahan baku dari pasar yang diatur pemain-pemain besar berskala besar.


Untuk itu, perseroan akan memilih produk yang memberikan keuntungan (margin) tinggi seperti diversifikasi produk pada pulp rice straw yang berbahan baku jerami. Harganya mencapai US$ 2.000 per ton.


Produk itu sangat menguntungkan dibandingkan pulp dari bahan baku kayu yang nilainya US$ 650 per ton. Produk dari bahan baku jerami ini sudah mampu diekspor.Next


(drk/ang)