Tahan Pelemahan Ruble, Bank Sentral Rusia Habiskan Seperempat Cadangan Devisa

Jakarta -Sepanjang tahun ini, mata uang ruble Rusia sudah melemah lebih dari 50% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bank sentral Rusia pun menggelontorkan dana yang besar untuk intervensi pasar agar mata uang Negeri Beruang Merah lebih stabil.

Mengutip CNN, Minggu (28/12/2014), sepanjang 2014 bank sentral Rusia sudah menggelontorkan lebih dari US$ 110 miliar (Rp 1.320 triliun). Jumlah ini lebih dari seperempat cadangan devisa Rusia.


Sejak awal Desember sampai saat ini, bank sentral Rusia sudah 'mengguyur' lebih dari US$ 21 miliar (Rp 252 triliun) untuk intervensi. Kebijakan ini bisa sedikit meredakan tren pelemahan ruble. Bahkan akhir pekan lalu ruble bisa menguat hampir 6% terhadap dolar AS.


Meski begitu, sebagian kalangan menilai langkah intervensi besar-besaran bank sentral Rusia tidak terlalu bijak. Sebab, ada masalah lain yang seharusnya segera ditangani.


"Saat ini, biaya dana dan pinjaman sangat tinggi. Sistem perbankan Rusia sangat rawan," kata Evgeny Gavrilenkov, Kepala Ekonom Sberbank CIB.


Selain itu, Gavrilenkov menyebutkan bahwa masalah utama Rusia adalah anjloknya harga minyak. Ekonomi Rusia memang sangat tergantung kepada si emas hitam ini. Misalnya, lebih dari separuh penerimaan negara berasal dari minyak, baik pajak maupun non pajak.


Dengan penurunan penerimaan negara yang cukup tajam, sejumlah lembaga pemeringkat (rating) tengah mengkaji ulang peringkat surat utang atau obligasi pemerintah Rusia. Bisa jadi obligasi Rusia akan masuk kategori obligasi sampah (junk bond).


Presiden Vladimir Putin pun telah menginstruksikan kepada para menterinya agar terus bekerja meski dalam suasana libur akhir tahun. Pemerintah Rusia memang sedang butuh kerja keras tanpa mengenal hari libur.


(hds/hds)