Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengaku sangat prihatin dengan kondisi pergulaan nasional yang setiap tahun masih bergantung dengan impor.
"Ini ironi, selama 10 tahun dicanangkan oleh Pak SBY, swasembada gula tak tercapai," tutur Ismed.
Hal ini diungkapkan Ismed di depan Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel dan Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin beserta tamu undangan lain yang hadir termasuk CEO Bosowa Aksa Mahmud dalam acara Bedah Buku Transformasi RNI Terbang Tinggi di Kantor RNI, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Dengan tegas dan bernada tinggi, Ismed menuturkan Indonesia sebenarnya bisa mencapai swasembada gula dan kedaulatan pangan. Caranya harus ada peran dari pemerintah, untuk memberikan kemudahan dalam membangun pabrik-pabrik gula baru.
"Swasembada omong kosong, saya pastikan Indonesia tak akan pernah swasembada gula kalau tak ada pembangunan pabrik gula baru," tegasnya.
Ucapan Ismed tersebut sempat membuat suasana sedikit tegang, diwarnai tepuk tangan riuh dari sejumlah hadirin.
Bos RNI ini geram dengan masih adanya impor gula mentah yang per tahun rata-rata mencapai 2,8 juta ton sampai 3 juta ton. Padahal di tahun 1970-an, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan di komoditas ini.
"Berani tidak pemerintah atau Jokowi menghentikan impor gula rafinasi? Itu kata kuncinya, kalau tak berani rasanya berat. Industri ini bisa lebih besar dari Thailand dan Vietnam. Di tahun 70-an, Thailand dan Vietnam belajar gula dan beras pada Pak Harto, tapi kenapa sekarang kita pengimpor terbesar," tegas Ismed.
(zul/hen)
