Seperti diketahui, Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang dipimpin Faisal Basri merekomendasikan agar Kilang TPPI di Tuban, Jawa Timur segera dioperasikan. Ini agar rencana penghapusan bensin premium RON 88 bisa segera dilakukan secepatnya.
"Kita tahu Kilang TPPI itu aset penting dan vital. Makanya kita sudah jauh-jauh hari, diam-diam menawar saham TPPI terutama yang dimiliki Argo. Argo kan miliki saham di TPPI sekitar 20%," kata Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang dihubungi detikFinance, Selasa (13/1/2015).
Pembelian saham Argo tersebut, kata Bambang, sangatlah penting, karena dengan saham Pertamina dan PT Pusat Investasi Pemerintah (PIP) di TPPI jika digabung belum menjadi pemegang saham mayoritas. Sehingga pengoperasian kilang TPPI ini hasilnya dapat sebesar-besarnya kepentingan negara dan rakyat Indonesia.
"Pihak Argo sudah mau sahamnya dibeli US$ 100 juta, kita sudah kirim surat. Tapi gara-gara ada rekomendasi dari Tim Reformasi itu, mereka jadi jual mahal, sekarang minyaknya jadi US$ 300 juta, bingung kita," ungkapnya.
Ia menambahkan, akibat tingginya permintaan harga saham TPPI milik Argo tersebut, rencana akusisi kilang TPPI terancam batal.
"Ya sekarang itu jadi saling tunggu, terserah pemerintah. Kalau Pertamina diizinkan beli saham dengan harga yang diminta Argo, tapi kan mahal harusnya bisa US$ 100 juta malah jadi US$ 300 juta, atau pilihan kedua membiarkan Kilang TPPI sampai benar-benar bangkrut, tapi kan itu lama," tutup Bambang.
(rrd/dnl)