YLKI Ingin Tiket MRT di Bawah Rp 10.000

Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menginginkan tarif tiket Mass Rapid Transit dan Monorel yang akan dibangun di Jakarta, agar dapat ditekan semurah mungkin. Pasalnya, masyarakat tidak mungkin dibebankan tarif yang terlalu mahal.

Anggota Harian YLKI, Tulus Abadi menyebut, jika besaran tiket MRT yang diusulkan sebesar Rp 15.000, itu terlalu mahal. Serta tidak akan memicu masyarakat untuk berpindah ke transportasi massal, malah akan tetap menggunakan kendaraan pribadi.


"Kalau Jokowi mengatakan, tarifnya Rp 15 ribu itu pasti akan kemahalan. Artinya orang tidak akan tertarik menggunakan MRT, dan masih akan menggunakan kendaraan pribadi," ujar Tulus ketika ditemui detikFinance di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (17/3/2013).


Dia mengatakan,sejatinya, tiket MRT atau monorel tidak berbeda jauh dengan. Besaran tiket transportasi massal yang ada saat ini, yaitu Bus TransJakarta. Sudah pasti, besaran tiket harus ditentukan dengan melakukan survey kepada masyarakat terkait ability to pay (kemampuan untuk membayar) dan willingness to pay (keinginan untuk membayar).


"Kalau busway dari survey yang kami lakukan, sebagus bagusnya hanya Rp 5.000. Artinya ya dibawah itu. MRT dan Monorel di bawah Rp 10.000," tuturnya.


Dikatakan Tulus, pemerintah atau investor tak perlu khawatir dengan besaran tiket sekecil itu, pengembalian investasi akan lama. Karena menurutnya, pendapatan proyek MRT tak hanya bersumber dari penjualan tiket, namun pengembangan usaha yang terkait. Contohnya, pengembangan bisnis di stasiun MRT.


"Ada TOD namanya, Transport oiriented development. Jadi pendapatan tidak semata-mata untuk MRT saja, tapi untuk bisnis juga. Di luar negeri incomenya lebih banyak dari itu. Itu bisa menekan mahalnya tarif," tutupnya.


(zul/dru)