"Kondisi ekonomi global masih belum menentu. Ada pelarian dolar kembali ke kampung," tutur Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Trans Luxury Hotel, Bandung, Senin (12/1/2015).
Ketika dolar AS 'berlari' ke negara asalnya, maka nilai tukar rupiah akan melemah. Pelemahan rupiah akan membawa dampak terhadap ekonomi secara keseluruhan, baik di sektor keuangan maupun sektor riil.
Namun, Jokowi optimistis Indonesia sudah lebih siap menghadapi tekanan. Pasalnya, kini pemerintah punya dana lebih untuk menggerakkan ekonomi. Dana ini datang dari penghematan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Mulai 1 Januari 2015, pemerintah mencabut subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium dan memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter untuk Solar. Kebijakan ini menyebabkan anggaran subsidi 2015 turun dari Rp 276 triliun menjadi Rp 88 triliun. Penghematan subsidi digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan perlindungan sosial.
"Saya optimis dengan ruang fiskal yang ada sekarang. Dengan bergeraknya industri kecil yang ada di kampung desa, ini akan memberikan ekonomi yang baik. Kalau ruang fiskal seperti itu, dalam 3 tahun pertumbuhan ekonomi 7%," tegas Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi berpesan agar para investor jangan khawatir menanamkan modal di Indonesia. Ini berlaku untuk seluruh investor, baik mikro, kecil, menengah, sampai besar.
"Jangan takut investasi. Buat saya investor bukan hanya yang gede-gede, tapi PKL dia memodalkan uangnya Rp 200.000, dia investasi, juga investor. Pengusaha pasar juga. Jangan dipikir investor itu yang gede-gede, yang kecil-kecil juga investor," sebutnya.
(hds/hen)