Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Sofyan saat pertemuan perbankan pelat merah dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sore ini.
"Presiden ingin mendengar kondisi perbankan kita terutama BUMN. Secara umum bank BUMN kinerjanya terdengar baik. Lalu bagaimana tanggapan perbankan terhadap BI rate yang turun. Karena interest rate kita masih cukup tinggi," ungkapnya di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (24/2/2015)
Sofyan menjelaskan, suku bunga acuan menggambarkan kondisi ekonomi secara umum. Terutama inflasi nasional. Selama inflasi masih di atas 4%, maka suku bunga acuan pun akan sulit turun lebih dalam dari sekarang.
"Inflasi harus ditekan. Jika bisa di bawah target maka selalu ada ruang bagi BI untuk menyesuaikan interest rate. Jika disesuaikan tentu interest perbankan menyesuaikan juga," jelasnya.
Pemerintah juga berkewajiban untuk mengelola inflasi menjadi lebih rendah. Tentunya melalui berbagai kebijakan, seperti mencabut subsidi premium yang mampu menghilangkan ketidakpastian inflasi akibat kenaikan harga.
"Tugas pemrintah jaga kebijakan fiskal yang baik. Kebijakan fiskal kita salah satunya adalah tidak lagi berikan subsidi untuk BBM. Itu yang pengaruhi inflasi kita di masa datang. Yang kedua bagaimana barang-barang makanan ini," papar Sofyan.
Sofyan menambahkan, pemerintah juga tidak bisa langsung mengintervensi BI untuk menurunkan suku bunga acuan.
"Enggak bisa. Itu UU BI sendiri. Kalau pemerintah ngomong itu bagian dari concern interest rate secara umum. Tapi kebijakan tetaplah kebijakan BI," tukasnya.
(mkl/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com