Kisah Emirsyah Satar yang 'Terbangkan' Garuda dari Maskapai Terpuruk

Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Emirsyah Satar berbagi cerita ketika menghadapi maskapai yang baru dipimpinnya dalam kondisi terpuruk.

Saat menjadi dirut di tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki masalah keselamatan, pelayanan, keuangan dan kondisi armada yang tua. Menurutnya, hal tersebut kemudian ia rombak secara drastis hingga manjadi maskapai go publik pertama di Indonesia yang memiliki kinerja cemerlang.


"Kalau Garuda agak beda, kita memperbaiki brand. Khusus internasional. Yang negatif nempel di Garuda seperti safety, service, pasawat yang tua," tutur Emir pada acara Kebangkitan Merek Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Senin (20/5/2013).


Bersama tim di Garuda, kemudian ia melakukan revitalisasi armada, pelayanan, hingga peningkatan standar di setiap penerbangan. Untuk menambah daya saing, ia memunculkan citra dan karakter Indonesia di dalam penerbangan Garuda Indonesia. Hal ini, yang kemudian menjadi keunggulan dan penggerak pendapatan positif Garuda Indonesia.


"Itu yang nggak bisa ditiru airlines lain. Singapore Airlines atau Cathay Pacific tiru citra Indonesia, nggak mungkin. Kalau orang asing belum masuk Indonesia, sudah merasakan suasana Indonesia dengan hospitality. Kalau orang Indonesia seperti di rumah," sebutnya.


Untuk pramugari, Garuda Indonesia memunculkan corak batik pada penampilan para cabin crewnya itu. Hal ini juga menambah pengalaman penumpang asing dan lokal saat terbang bersama Garuda Indonesia.


"Taste makanan indonesia. Kursi kita motifnya batik, seragam cabin crew kita desain Indonesia. Itu yang kita kembangkan," tegasnya.


(feb/dru)