Pemerintah Buka Suara Soal Insiden Freeport Yang Memakan 21 Korban Jiwa

Jakarta - Runtuhan tambang bawah tanah Big Gossan milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua menelan korban jiwa mencapai 21 orang, ini penjelasan pemerintah terkait insiden tersebut.

Dikatakan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite, tambang Big Gossan bukan merupakan ruang kerja tapi adalah ruang kelas.


"Sebetulnya tidak ada kegiatan di Big Gossan, bukan ruang kerja tetapi kejadian di ruang kelas. Saat ini kegiatan Freeport dihentikan sementara, fokus kami melakukan penyelamatan dulu, semua kegiatan di sana disetop," ujar Thamrin ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (21/5/2013).


Dikatakan Thamrin, saat ini ada sekitar lima inspektur tambang untuk melakukan evaluasi. "Kan ini dievaluasi dulu. Sekarang kita ada lima inspektur, kita ikut evakuasi juga ada 5 inspektur," ucapnya.


"Yang jelas itu (Big Gossan) untuk training untuk refresh, itu kan tambang bawah tanah kami ingin itu direfresh untuk keselamatan kerja. Hari kedua kejadian baru ada runtuh, bukan longsong tapi runtuh, karena itu potensial korban," jelasnya.


Sampai saat ini pemerintah belum akan memberikan sanksi kepada Freeport atas kejadian tersebut. Evaluasi dan investigasi masih dilakukan oleh pemerintah.


"Nanti kita lihat (beri sanksi) sekarang kan sedang diinvestigasi, tim kami sedang di sana. Sekarang fokus kami bagaimana evakuasi. Ini libatkan semua instansi, polisi inspektur tambang dan BNPB. Para ahli kita menganalisis yang tahu betul tentang bantuan kenapa bisa longsor, apakah mungkin karena beban yang cukup tinggi karena hujan yang intens," tandasnya.


(dnl/dnl)