Perbankan RI Menarik, DBS Untung Besar Akuisisi Bank Danamon

Jakarta - Lembaga pemeringkat dan analisis internasional, Fitch Rating mengungkapkan pasar perbankan di Indonesia masih sangat menarik. Hal ini terlihat dari margin bunga bersih atau keuntungan dari bunga yang cukup tinggi hingga 6%.

Dalam laporannya seperti dikutip detikFinance, Rabu (22/5/2013), Fitch memaparkan beberapa keuntungan yang didapatkan dari DBS Group Holding ketika mengakuisisi PT Bank Danamon Tbk meskipun hanya 40%.


"Indonesia secara keseluruhan tetap merupakan pasar perbankan yang menarik. Kepemilikan maksimal di bank hingga 40% sesuai aturan otoritas masih cukup tinggi dibandingkan negara lain di kawasan ini," ungkap Fitch dalam laporannya.


Dijelaskan lebih jauh, penetrasi kredit di industri perbankan masih cukup rendah dibandingkan dengan India dan China.


"Ditambah lagi dengan kelas menengah yang terus tumbuh dan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tinggi di kisaran 5%-6%," terang Fitch.


Rencana akuisisi Danamon, menurut Fitch merupakan sebuah rencana DBS untuk terus berkembang secara berkelanjutan. DBS ingin terus meningkatkan pendapatannya di Asia Tenggara.


Lebih jauh Fitch menegaskan peringkat Bank Danamon saat ini berada pada 'BB+' dengan rating watch positif. Meskipun akuisisi batal-pun outlook Danamon tetap stabil.


Seperti diketahui, rencana DBS Group Holding Ltd mengakuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk hingga kini belum tuntas.


DBS Group mengajukan pengambilalihan seluruh saham Fullerton Financial Holdings Pte Ltd pada PT Bank Danamon Tbk sebanyak 67,37%, pada April 2012.


Nilai transaksi antara DBS dan Fullerton tersebut diperkirakan mencapai Rp 45,2 triliun atau 6,2 miliar dollar Singapura dengan harga saham Danamon Rp 7.000 per lembar. Saham ini dimiliki Fullerton melalui Asia Financial Indonesia dan akan dibayarkan dalam bentuk 439 juta saham baru DBS dengan harga penerbitan saham sebesar 14,07 dollar Singapura per saham baru DBS.


Namun BI hanya menyetujui 40% kepemilikan saham dan jika ingin mencapai 67,37% maka syaratnya Otoritas Moneter Singapura (MAS) memberikan izin kepada BNI, BRI dan Mandiri untuk membuka cabangnya di Singapura.


(dru/dnl)