Industri Asuransi Diprediksi Bakal Loyo Pasca BBM Naik

Jakarta - Kinerja asuransi pasca kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) diprediksi akan loyo. Bahkan, diperkirakan hanya akan tumbuh 10% di sepanjang tahun 2013. Jauh lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan asuransi di tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 30-40%.

Demikian dikatakan Direktur Biro Riset Infobank, Eko B. Supriyanto saat acara konferensi pers "Rating 123 Asuransi Versi Infobank 2013," di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (2/7/2013).


"Target pertumbuhan 10% tahun ini salah satunya karena faktor BBM. Awalnya pertumbuhan 10-15%. Pesimistis di 10%. Moderat 15%. Kalau tumbuh 10% saja alhamdulillah. Jujur kita pesimistis," kata Eko.


Dia menjelaskan, tantangan juga justru terjadi dari sisi regulasi yang semakin ketat seperti ketentuan modal minimum serta penerapan laporan keuangan berstandar akuntansi keuangan (PSAK) 62.


Menurutnya, penerapan PSAK 62 atau International Financial Reporting Standards (IFRS) hingga sekarang belum bisa dipenuhi sebagian perusahaan asuransi pada 2012.


Selain perusahaan asuransi sedang fokus memenuhi modal Rp 100 miliar pada 2014, penerapan IFRS juga terhambat oleh beberapa hal.


"Seperti keterbatasan infrastruktur teknologi informasi, sumber daya manusia, dan banyak perusahaan yang belum memahami perhitungan cadangan teknis dengan metode gross premium valuation karena belum ada pedoman teknis dan keseragaman asumsi yang wajar," ujarnya.


Sementara itu, Peneliti Infobank Ateng Anwar Darmawijaya mengatakan, yang lebih mengkhawatirkan perusahaan asuransi sekarang adalah penerapan IFRS akan menimbulkan konsekuensi, yaitu dapat menggerus risk based capital (RBC).


"Kendati sebagian besar asuransi memiliki RBC yang jauh dari batas aturan minimum sebesar 120%, sekitar 60% perusahaan asuransi mengalami penurunan RBC pada 2012," katanya.


Biro Riset Infobank (BirI) per 2012 mencatat, dari 81 perusahaan asuransi umum terdapat 40 perusahaan yang RBC-nya menurun. Sedangkan di industri asuransi jiwa yang sekarang diisi 41 pemain ada 31 perusahaan yang RBC tergerus.


"Beruntung, di tengah tantangan regulasi yang dihadapi industri asuransi, pada 2012 lebih dari 90% perusahaan asuransi berhasil mencetak laba. Dari 82 perusahaan asuransi umum yang aktif, hanya sembilan yang merugi. Di industri asuransi jiwa, dari 42 perusahaan asuransi jiwa ada 13 yang merugi," paparnya.


(dru/dru)