KRL AC Selalu Penuh Sesak, Kemenhub: Di Tokyo Juga Sama

Jakarta - Turunnya tarif KRL AC Commuter Line Jabodetabek menyebabkan peningkatan jumlah pengguna. Alhasil kereta penuh sesak karena migrasi penumpang yang sebelumnya menggunakan KRL Non AC. Penurunan kenyamanan ini dikeluhkan sebagian besar penumpang.

Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tunjung Inderawan mengatakan wajar kejadian ini akan terjadi. Ia mencontohkan kajadian serupa terjadi di negara Tokyo, ibukota Jepang.


"Nyaman itu relatif ya dan kita berikan masyarakat pelajaran akan pentingnya waktu. Jadi jangan semua penumpang naik kereta jam 7 pagi. Di Tokyo juga sama bahkan saling sikut dan dorong di sana. Jadi ada resiko yang anda terima," ungkap Tunjung kepada detikFinance, Kamis (5/7/2013).


Ia mengusulkan penumpang berangkat lebih pagi sehingga dapat menikmati kenyamanan layanan KRL Jabodetabek. "Berangkatnya jauh lebih pagi dong. Hak pengguna KRL itu hak kita semua," katanya.


Ia juga menjelaskan, ada peran khusus dari pemerintah dalam penurunan tarif KRL AC Jabodetabek. Tahun 2013 pemerintah memberikan alokasi anggaran subsidi untuk pengguna KRL Jabodetabek sebesar Rp 286 miliar.


"Rp 286 miliar untuk subsidi KRL Commuter Line Jabodetabek itu sampai November 2013. Saya terus upayakan ke Kementerian Keuangan dan Komisi V DPR agar membuat kebijakan mengintervensi tarif KRL Jabodetabek," imbuhnya.


Dengan subsidi itu, penumpang diuntungkan dengan membayar tiket kereta yang jauh lebih murah.


"Ada campur tangan pemerintah. Tujuannya untuk mengalihkan angkutan pribadi ke KRL. Perhitungannya tarif prograsif itu 3 stasiun tambah bayar Rp 1.000 itu Rp 500 dari pemerintah, sedangkan 5 stasiun Rp 3.000, Rp 1.000 dari pemerintah," tandasnya.


(wij/ang)