Pro Kontra Monster Penggerogot Si Cantik

Jakarta - Marlee Krause kesal bukan kepalang. Remaja putri berusia 12 tahun asal Florida ini tak terima akan munculnya berbagai artikel di media massa yang menyudutkan Barbie. Di harian Florida Today, beberapa hari lalu, dia menulis: “Ibu saya bermain dengan Barbie, saya bermain dengan Barbie, dan adik-adik saya juga bermain dengan Barbie, dan saya harap anak-anak saya nantinya juga.”

Menurut Krause, anak-anak kecil tak seharusnya didorong untuk bermain dengan boneka Monster High yang juga diproduksi oleh Mattel. Menurutnya, tampil ala Gothic seperti boneka-boneka Monster High tak cocok bagi anak-anak. Barbie, kata dia, melatih anak-anak perempuan untuk menjadi dirinya sendiri.


Krause berharap, keberadaan Monster High hanyalah sebuah fase dalam perjalanan bisnis Mattel. Sebagaimana kelahiran seri Bratz dulu. Sedangkan Barbie, semestinya tetap ada dan dia yakin, anak-anak perempuan tak akan pernah bosan dengannya.


Krause boleh-boleh saja beranggapan begitu. Faktanya, pelan tapi pasti boneka-boneka Monster High telah menjadi idola baru anak-anak. Penjualannya selama setahun sudah mencapai hampir setengah penjualan Barbie dan kini Monster High mengekor di belakang Barbie.


Monster High diciptakan oleh Garrett Sander dan Kellee Riley. Karakternya terinspirasi sosok monster dalam film horor sehingga penampilannya berbeda dengan boneka fashion seperti Barbie dan boneka buatan Disney.


Boneka ini didesain untuk menampilkan sisi remaja dari monster-monster yang sudah terkenal sebelumnya. Makanya ada karakter vampir bernama Draculaura, putri dari Frankenstein yaitu Frankie Stein, dan sosok-sosok monster lain seperti manusia serigala, makhluk rawa, dan sebagainya.


“Boneka ini didesain untuk membantu anak-anak perempuan merayakan sisi 'aneh' mereka,” kata Cathy Cline dari Mattel kepada kantor berita NPR.


Konsepnya terdengar aneh. Tapi terbukti mendongkrak penjualan Mattel. “Ini salah satu merek yang pertumbuhannya tercepat di industri mainan,” kata Cline. Penjualan Monster High termasuk yang tertinggi kedua setelah Barbie.


Kesuksesan Monster High ikut terdongkrak pada saat film Twilight meledak beberapa tahun lalu. Saat itu, ada banyak anak perempuan yang 'tersihir' tema-tema horor dan supernatural.


Satu lagi perbedaan Monster High dari Barbie adalah kebhinekaannya. Barbie memang sudah didesain dengan berbagai macam ras manusia, tapi tetap ada satu tipikalnya, yaitu rambut pirang. Sedangkan Monster High diciptakan dengan berbagai warna kulit dan rambut: ungu, pink, biru, dan bahkan warna pelangi.


Lalu, Monster High juga membikin nyaman orang tua yang risih dengan gaya tipikal Barbie yang glamor dan kontroversial lantaran bentuk serta ukuran tubuhnya iitu. Meski begitu, proporsi tubuh Monster High pun sebenarnya tak beda-beda amat dengan Barbie dan pakaiannya pun tak selalu bikin perasaan nyaman orang tua.


“Penampilan boneka ini seperti pekerja seks,” kata seorang ibu yang diwawancarai Fox 23 pada 2011 lalu. Belum lagi isu seksualitas dan stereotip yang dikhawatirkan akan mempengaruhi anak-anak. Misalnya soal kebiasaan salah satu karakter bernama Clawdeen Wolf yang selalu melakukan waxing karena tubuhnya berbulu dan salah satu hobinya adalah flirting alias menggoda lawan jenis.


Terlepas dari itu, ada juga ibu atau orang tua yang mengingatkan, bahwa biar bagaimanapun Monster High maupun Barbie hanyalah sekadar mainan. Jadi tak perlu ditanggapi terlalu serius soal dampaknya. “Dan boneka mestinya tak perlu membuat anak-anak kita merasa lebih baik atau lebih buruk tentang diri mereka sendiri,” kata seorang ibu, berkomentar di postingan blog yang mencela-cela Monster High.


(DES/DES)