Chairul Tanjung: RI Jadi Kekuatan Ekonomi No.5 Dunia di 2030

Surabaya - Saat ini, Indonesia menduduki peringkat 16 besar ekonomi dunia. Namun ke depan, sejumlah lembaga memproyeksikan Indonesia akan masuk ke peringkat atas ekonomi dunia.

Ketua Umum Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung mengatakan, Yayasan Indonesia Forum di 2007 memproyeksikan, Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nomor 5 dunia di tahun 2030.


"Ketika pertama kali disampaikan, banyak pihak tidak percaya kepada proyeksi yang dianggap terlalu optimis. Namun seiring berjalannya waktu, banyak lembaga internasional lainnya melihat potensi ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah McKinsey Global Institute (2012) yang memproyeksikan Indonesia akan menjadi kekuatan nomor 7 di dunia pada tahun 2025," tutur Chairul dalam Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa

Bidang Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, Senin (26/8/2013).


Dari pengamatan detikFinance, Sidang pengukuhan Chairul Tanjung menerima Dr HC digelar di ruang sidang di gedung Garuda Mukti, Kampus C Unair, Mulyorejo, Surabaya, Senin (26/8/2013). Sidang yang dibuka dan dipimpin rektor Unair Prof Dr H Fasich, Apt ini dimulai pukul 09.30 WIB.


Sidang dihadiri oleh para sivitas akademika Unair, termasuk para guru besar, Majelis Wali Amanat, dan pimpinan Unair. Sekitar seribu undangan juga hadir di acara ini. Para tamu berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan akademisi, birokrat, politisi, pengamat, kalangan pengusaha, anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), pimpinan media, dan anggota keluarga Chairul Tanjung.


Antara lain hadir para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II seperti Mendikbud Prof Dr M Nuh, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menpora Roy Suryo, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Mentan Suswono, dan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz.


Hadir juga Ketua DPR Marzuki Alie, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah yusuf, mantan ketua PP Muhammadiyah Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, dan lain-lain.


Chairul Tanjung dianugerahi Dr HC di bidang ekonomi pembangunan. Chairul Tanjung, yang merupakan pengusaha nasional dan ketua KEN, akan menyampaikan pidato dengan judul 'Menuju Indonesia Maju, Berkeadilan dan Sejahtera untuk Semua.


Menurut Chariul, menjadi negara maju adalah cita-cita seluruh bangsa. Cita-cita tersebut secara jelas dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945.


"Untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," demikian Chairul membaca kutipan pembukaan UUD 1945 tersebut.


Selanjutnya, sila kelima dari Dasar Negara Pancasila secara spesifik mengamanatkan Indonesia untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


"Sila inilah yang sesungguhnya menjadi landasan filosofis dari pendekatan ekonomi kesejahteraan bagi Indonesia. Harus dipahami bahwa 'Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia' memiliki arti yang sangat luas. Kita sering mengartikan 'Keadilan' semata dalam konteks hukum. Namun saya berkeyakinan bahwa 'Keadilan Sosial' juga memiliki manifestasi dalam konteks ekonomi," papar Chairul.


'Keadilan Sosial', ujar Chairul, juga berarti pemerataan pembangunan ekonomi dan seluruh hasil-hasilnya bagi seluruh elemen masyarakat. Makna 'inklusif' sesungguhnya ada dalam Pancasila. "Saya juga mengartikan bahwa pemerataan pembangunan Indonesia haruslah pemerataan yang mensejahterakan," imbuh Chairul.


Karenanya, Chairul menginginkan pemerataan sekaligus kemajuan Indonsia. "Jika literatur Ilmu Ekonomi pernah mendikotomikan dua konsep pemerataan dan pertumbuhan, bagi Pembangunan Indonesia saya yakini keduanya bisa kita raih sekaligus," katanya.


"Inilah hakekat dari pokok pemikiran dari pidato ini, yaitu Menuju Indonesia Maju, Berkeadilan dan Sejahtera Bagi Semua. Dalam konteks tersebut dapat dipahami bahwa Proses Pembangunan adalah proses memperbanyak pilihan bagi individu, perusahaan, dan masyarakat. Sementara itu tugas Negara adalah memberikan kesempatan, keberpihakan, dan akses bagi individu, perusahaan, masyarakat untuk memanfaatkan pilihan. Keseluruhannya itu adalah untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan: Tumbuh Bersama, Sejahtera Bersama," tutur Chairul.


Chairul mengatakan, untuk tumbuh bersama dan sejahtera bersama, diperlukan pendekatan holistik. Indonesia harus dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi, sosial-politik, dan geografis.


"Tiga cara pandang kesatuan Indonesia ini sangat penting untuk dipahami dalam upaya melakukan tranformasi pembangunan Indonesia. Transformasi itu sendiri secara kontinyu perlu memperhatikan empat kondisi yang ada, yaitu struktur penduduk, kekayaan alam (natural endowment), kondisi domestik, dan juga kondisi eksternal dan global," katanya.


(dnl/dru)