Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai hal itu terlihat dari pondasi ekonomi dalam negeri yang belum kuat. Saat Bank Sentral AS The Fed ingin menarik stimulus, ekonomi domestik langsung bergejolak.
"Ternyata memang kita belum memanfaatkan jendela saat ada Quantitative easing (QE) di era 2012 dan 2013 untuk memperkuat ekonomi dalam negeri," ungkap Agus saat seminar outlook economy 2014 di Hotel Le Meridien, Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (24/10/2013)
Hal yang senada juga dikatakan oleh Wakil Direktur Bank BNI Felia Salim pada kesempatan yang sama. Menurutnya, kehadiran stimulus memang membuat arus modal asing menjadi cepat masuk ke dalam negeri.
Akan tetapi, harusnya itu dilakukan untuk hal-hal yang produktif. Sehingga dapat memperkuat ekonomi domestik yang dipersiapkan secara jangka panjang.
"Saya melihat, memang kita agak sedikit terlena saat stimulus itu diberikan," ujar Felia.
The Fed telah mengumumkan untuk menunda penarikan stimulus. Felia menegaskan bahwa ini tidak boleh kondisi sebelumnya terulang kembali. Harus ada percepatan perbaikan ekonomi dalam negeri.
"Jangan sampai kita santai lagi seperti kemarin," pungkasnya.
Program stimulus AS, atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) untuk memperbaiki ekonomi AS pasca krisis 2008 lalu. Krisis di AS membuat dana-dana asing menyebar ke negara-negara berkembang di Asia.
Kabar bakal berakhirnya program stimulus ini menandakan ekonomi AS membaik, dan dana-dana yang tadinya menyebar ke negara-negara berkembang di Asia bersiap-siap untuk kembali ke AS.
(mkl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
