Pemerintah Ingin Kurangi Jual Kekayaan Alam Indonesia

Jakarta -Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tidak mau hanya menjual Sumber Daya Alam (SDA) kepada para investor asing. Pihaknya juga ingin lebih mengembangkan potensi-potensi investasi yang ada di dalam negeri seperti energi, bahan mentah, dan sektor agro yang nantinya bisa diolah di dalam negeri agar bisa punya nilai tambah.

"Yang banyak berkembang adalah pemrosesan dari SDA, namun energi dan bahan mentah di sektor agro perlu diproses di dalam negeri. Maka nilai tambah akan kita rasakan," kata Kepala BKPM Mahendra Siregar saat acara Indonesia Investment Summit 2013 di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Kamis (7/11/2013).


Dia menjelaskan, dengan pemrosesan di dalam negeri maka hal itu akan menambah nilai tambah yang akhirnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan.


"Itu akan tercipta lapangan kerja yang lebih produktif. Itu untuk industri hulu," kata dia.


Selain itu, Indonesia juga menawarkan investasi di bidang manufaktur dan enginering services.


"Indonesia market yang besar, ini kesempatan investor masuk. Respon perkembangan market yang besar. Tapi secara bertahap memosisikan diri Indonesia sebagai production based pasar regional dan global," kata Mahendra.


Mahendra menyebutkan, contoh konkret disebutkan beberapa investor memerlukan suplier dan komponen manufaktur elektronik yang dibuat di Indonesia.


"Ada Seamens ada GE, tidak ada alasan bagi dia untuk menjual barang di negara lain. Karena pasar Indonesia besar, kami ingin mereka jadi bagian dari proses produksi di negara ini," ujarnya.


Mahendra menambahkan, sebagai bukti jika Indonesia merupakan tujuan investasi yang menarik adalah banyaknya investor asing yang bersedia menanamkan investasinya di sini, salah satunya produsen ban asal Eropa.


"Beberapa hari lalu ada perusahaan Eropa yang bangun sintetic rubber untuk produksi ban, sesuai standar Eropa. Lalu dia itu menggunakan bahan baku dari petrokimia produk yang sudah diproduksi Indonesia. Petrokimia itu gunakan bahan baku yang diproduksi perusahaan Indonesia. Tidak semua sampai konsumen, tapi proses hilirisasi terjadi, ini artinya banyak imvestasi di sini," kata Mahendra.


(drk/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!