PLN Punya Pembangkit Listrik Berbahan Bakar 100% Minyak Sawit

Jakarta -Untuk menekan impor BBM, PT PLN (Persero) sebenarnya bisa mengembangkan pembangkit listrik yang berbahan bakar CPO atau minyak sawit. Namun investasi awalnya perlu dana lagi.

Saat ini Indonesia memang tengah diganggu oleh peningkatan impor migas termasuk BBM, yang membuat neraca perdagangan negatif. Bila konsumsi BBM PLN bisa ditekan, maka kebutuhan impor bisa dikurangi.


"Untuk mendorong konsumsi bahan bakar nabati (BBN) ada beberapa hal yang dilakukan PLN seperti pembangkit diesel PLN yang biasanya mengkonsumsi 600.000 kiloliter (KL) per tahun, mengganti bahan bakarnya dengan B10, jadi 60% solar dan 40% biofuel," ungkap Direktur Utama PLN Nur Pamudji dalam Rapat Dewan Energi Nasional (DEN) ke-11 di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (8/11/2013).


Nur Pamudji menambahkan, saat ini PLN telah mendatangkan mesin-mesin khusus untuk pembangkit listrik dengan mesin berbahan bakar 100% CPO.


"Kita punya pembangkit listrik yang bisa bahan bakarnya 100% dari CPO, jadi tidak perlu lagi diolah menjadi B10, namun untuk ini PLN harus mengeluarkan dana investasi lagi," ungkapnya.


Program PLN mendorong konsumsi biofuel seperti mandatori Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terbentur dana. "Karena harga CPO sendiri hampir sama dengan harga solar, saat ini sekitar Rp 9.000 per liter, bahkan pada 2011 harga CPO jauh lebih mahal dari pada solar, ini tentunya akan berpengaruh pada bengkaknya subsidi listrik," katanya.


"Namun itu kembali lagi ke tangan pemerintah, jika CPO atau BBN terus didorong tapi risikonya subsidi listrik bertambah, tetapi hal ini tentunya dapat mengurangi impor BBM, karena produksi BBN seluruhnya ada di dalam negeri," jelas Nur Pamudji.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!