Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penyebab utama melemahnya rupiah adalah defisit neraca perdagangan April 2014 yang mencapai US$ 1,97 miliar, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin.
"Misalnya hari ini atau kemarin (rupiah) mengalami pelemahan, itu lebih dikarenakan karena neraca perdagangan yang diumumkan April defisit 1,9 miliar," kata Agus di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Mantan Menteri Keuangan dan Direktur Utama Bank Mandiri ini mengatakan, neraca perdagangan defisit di April karena tingginya impor menjelang bulan puasa.
Melihat kondisi ini, maka asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar pada APBN 2014 harus diubah dari Rp 10.500 menjadi di kisaran Rp 11.600-Rp 11.800/US$.
Agus mengatakan, di kuartal II dan kuartal III tahun ini, neraca perdagangan bakal mengalami tekanan defisit juga.
Di tempat yang sama, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ada sejumlah faktor lain yang mempengaruhi pelemahan rupiah beberapa hari ini.
"Pertama defisit neraca perdagangan, lalu kondisi global yang kurang menentu, seperti tapering (off) di AS, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan kondisi politik di sejumlah negara," jelas Perry.
"BI tetap berkomitmen menjaga rupiah tetap stabil sesuai dengan kondisi fundamentalnya," ujar Perry.
(dnl/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!