Jokowi baru saja menyudahi kunjungannya ke Tiongkok, Myanmar, dan Australia. Di sana, Jokowi menghadiri pertemuan APEC, ASEAN Summit, dan G20.
"Kita ngomong banyak masalah kemaritiman. Kita ingin lihat pembangunan pelabuhan di negara-negara lain seperti apa," kata Jokowi di pesawat kepresidenan, Minggu (16/11/2014).
Di Tiongkok atau Australia, lanjut Jokowi, sudah ada visi pengembangan pelabuhan jangka menengah-panjang. "Di Tianjin (Tiongkok), di Brisbane (Australia), semuanya pasti punya visi 10-15 tahun yang akan datang," ujarnya.
Brisbane, lanjut Jokowi, bahkan sudah menyiapkan lahan yang cukup luas untuk membangun pelabuhan. "Dia sudah siapkan 1.600 hektar, kapasitas yang mereka pakai baru seperempat. Karena masih murah lahannya," katanya.
Praktik di negara-negara tersebut ingin diterapkan Jokowi di Indonesia. Dia ingin pembangunan pelabuhan di Tanah Air bisa lebih masif.
"Ini yang mau kita lakukan, sehingga pembangunan pelabuhan kita harus yang besar-besar. 200 hektar, syukur bisa lebih kaya tadi 1.500-1.600 hektar langsung," tegasnya.
Untuk pengembangan pelabuhan, Jokowi menyebutkan selama lahan di darat masih memungkinkan tidak perlu reklamasi. Pasalnya, reklamasi butuh dana yang cukup besar.
"Kalau di darat masih murah, Rp 100.000/meter, ya pilih darat dong. Reklamasi itu bisa Rp 4-6 juta/meter," ungkapnya.
(hds/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
