Ngantor Jam 07.00, Menteri Susi Didatangi 2 Dubes dan Bahas Tuna Maluku

Jakarta -Kegiatan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hari ini terpusat di ruang kerjanya di lantai 7, Gedung Mina Bahari I, kantor pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta.

Agenda Susi hari ini adalah menerima dua duta besar (Dubes) negara sahabat, dan 1 gubernur, yaitu Gubernur Maluku.


Sebelumnya, Susi datang ke kantor pukul 07.00 WIB, setia dengan Toyota Royal Saloon B 1187 RFS. Pada pukul 10.00 WIB, Susi bertemu dengan Dubes Meksiko untuk Indonesia dan Timor Leste Melba Pria.


Melba yang ditemui media usai pertemuannya dengan Susi mengungkapkan, dirinya rasa bangganya bertemu dengan Susi. Ia membicarakan banyak hal terkait soal kelautan dan perikanan, salah satunya komitmen Meksiko mengembangkan aqua culture, atau budidaya perikanan. Pertemuan berlangsung selama 25 menit (10.00-10.25 WIB).


Selain itu, Melba juga sepakat soal seluruh kebijakan Susi untuk membenahi sektor perikanan dan kelautan, terutama penangkapan ikan yang berlebihan (over fishing).


Setelah pertemuan selesai, Susi kembali didatangi tamu istimewa. Kali ini Said Assagaf yang tidak lain adalah Gubernur Provinsi Maluku saat ini.


Pembicaraan keduanya berlangsung pukul 10.30-12.30 WIB, dan fokusnya adalah kebijakan Menteri Susi. Pada pertemuan, Susi ingin menyatakan ingin menjadikan Maluku sebagai lumbung tuna terbesar di dunia.


Said tidak mempermasalahkan beberapa kebijakan baru yang sudah/akan diterbitkan KKP, seperti moratorium izin kapal baru selama 6 bulan, penghilangan retribusi dan pajak bagi para nelayan kecil, pelarangan penangkapan lobster dan kepiting dalam keadaan bertelur, dan illegal fishing.


Usai pertemuan itu, Susi kembali ke ruang kerjanya dan kembali bertemu dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tai Young. Susi menegaskan pertemuan keduanya membahas soal peluang ekspor produk perikanan yang jauh lebih lagi ke Korea. Saat ini nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Korea baru US$ 80 juta. Angka itu terbilang kecil dan dapat ditingkatkan melihat mayoritas penduduk Korea menyukai makanan laut (seafood).


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!