Woori Korindo: IHSG Diharapkan Menguat

Jakarta -Awan positif kembali menaungi IHSG di hari kedua pekan ini di tengah sikap “no hope” nya pelaku pasar terhadap perkembangan IHSG yang dalam beberapa hari terakhir tidak terlalu bergerming terhadap positifnya laju bursa saham regional dan global.

Dalam suatu kesempatan, secara tidak sengaja kami katakan pada sebuah media (jelang penutupan sesi 1) bahwa penguatan IHSG selain baru merespon masih positifnya laju bursa saham AS dan Eropa, kemungkinan juga ada hubungannya dengan fasihnya pidato bahasa Inggris Presiden Jokowi di hadapan ratusan delegasi APEC untuk memaparkan potensi investasi di Indonesia.


Tidak hanya itu, good point nya ialah pidato tersebut mendapat sambutan yang semarak dari para peserta. Kami mencoba mengasumsikan bahwa jika memang benar Presiden Jokowi mampu membawa investasi asing tersebut ke dalam ekonomi Indonesia maka nantinya dapat menjadi tambahan bagi pertumbuhan PMA dan dapat berujung pada kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kami nilai setidaknya dapat sedikit mengimbangi masih melambatnya pertumbuhan dari sisi konsumsi masyarakat dan masih defisitnya nett ekspor impor yang saat ini sebagai pengurang angka pertumbuhan.


Ternyata tidak hanya kami yang beranggapan seperti itu. Beberapa rekan-rekan pengamat pun juga mengatakan yang kurang lebih sama. Dengan demikian, penilaian kami yang diamini rekan-rekan pengamat lainnya yang kemungkinan menjadi pendorong kenaikan IHSG dan pelaku pasar pun memanfaatkan angin positif tersebut untuk kembali melakukan pembelian. Situasi politik yang dinilai kembali damai dengan “rujuk” nya kedua kubu d parlemen turut disambut positif.


Adapun asing kembali melakukan nett buy (dari Rp 176,9 miliar menjadi nett buy Rp 934,82 miliar). Banyak saham-saham blue chip yang sebelumnya tertekan kembali diburu pelaku pasar dan berimbas pada terbangnya IHSG.


Berbeda dengan IHSG, laju Rupiah kembali tertekan setelah berada dalam tren penguatannya dalam beberapa hari terakhir. Kembali turunnya Yen setelah pelaku pasar merespon negatif langkah PM Jepang, Shinzo Abe, untuk menunda rencana kenaikan pajak penjualan dan lebih memfokuskan pada pemilu bulan depan. Laju US$ memanfaatkan pelemahan tersebut untuk kembali terapresiasi.


Di sisi lain, melemahnya Taiwan Dollar dan Rubel Rusia terkait kondisi internal masing-masing turut berimbas pada pelemahan sejumlah mata uang emerging market dan terdepresiasinya Rupiah. Laju Rupiah di bawah level support 12.145. Laju Rupiah bergerak seperti yang kami khawatirkan dimana nilainya masih rentan terhadap pembalikan arah. Pelemahan ini dapat memicu pelemahan lanjutan seiring belum adanya berita positif terkait langsung dengan Rupiah. Rp 12.145-12.130 (kurs tengah BI).Next


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!