Pria kelahiran 46 tahun silam ini berasal dari Cirebon dan Purwokerto. Kama panggilan akrab Kamadjaya sudah bertahun-tahun menggeluti bisnis gula, namun siapa sangka perjalanan awal bisnisnya dimulai dari pengalaman berjualan kue dan membuat kompor di Cirebon.
"Saya lulusan Parahyangan, jurusan teknik Sipil, kerja pertama secara formal sebagai supplier bor minyak. Tapi sejak SD saya sudah jual kue dan buat kompor. Baru setahun bekerja, saya dapat bea siswa di Prasetiya Mulya Business School S-2 ketemu sama Ahok, satu kelas," kata Kama di PG Blora, Kabupaten Blora, Sabtu (20/12/2014).
Di kampus Prasetiya Mulya, Kama banyak belajar soal keuangan. Setelah itu, ia sempat bekerja di perusahaan yang memproduksi piring dan mangkok, di sini lah jalan hidupnya mulai menemukan arah karena mulai menemukan mitra bisnisnya di bisnis gula.
"Saya ketemu dengan Pak Hendrik yang sekarang jadi mitra saya. Selama 4 tahun kerja, saya keluar," kenangnya.
Petualangan bekerja di perusahaan orang ia coba akhiri dengan mencoba berbisnis buah-buahan selama setahun. Namun pada 1997 usahanya bangkrut.
Kama mencoba bangkit, ia menjajal ke habitatnya sebagai orang gajian bekerja di perusahaan keramik Royal Doulton. Waktu itu, ia mendapat posisi yang strategis dengan gaji Rp 150 juta per bulan, namun kursi empuknya di Royal Doulton berakhir karena ia harus keluar perusahaan asing tersebut.
"Saya berantem dengan bule, saya memang tukang berantem," katanya tertawa.Next
(hen/rrd)
