First Asia Capital: IHSG Berpeluang Menguat, Tapi Terbatas

Jakarta -Setelah sempat menguat 25 poin, IHSG akhir pekan kemarin ditutup hanya menguat 7,738 poin (0,15%) di 5.160,433. Selama sepekan, IHSG terkoreksi 0,53% setelah menguat selama empat pekan berturut-turut.

Transaksi saham sepekan terakhir lebih didominasi saham lapis dua dan tiga terutama yang bergerak di sektor transportasi dan perikanan yang berorientasi ekspor karena memanfaatkan momentum anjloknya harga minyak mentah dunia dan rupiah yang akhir pekan lalu ditutup di Rp 1.2432 (JISDOR). Ini merupakan posisi terburuk rupiah sejak akhir November 2008 lalu. Menjelang akhir tahun ini tren bullish pasar saham menghadapi tantangan dari pelemahan rupiah atas dolar AS.


Kondisi yang kurang nyaman ini ditambah dengan harga saham relatif sudah tinggi, memicu terjadinya aksi ambil untung pemodal terutama asing. Selama dua pekan pertama Desember ini pemodal asing mencatatkan penjualan bersih hingga Rp 2 triliun.


Sementara bursa global, Wall Street dan Zona Euro akhir pekan lalu dilanda aksi jual menyusul kembali anjloknya harga minyak mentah dunia hingga 4% di US$ 57,49/barel. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 1,79% dan 1,62%. Selama sepekan indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 3,8% dan 3,5%.


Pada perdagangan hari ini, pergerakan IHSG akan tergantung dari pergerakan rupiah atas dolar AS. Dari eksternal, kondisi pasar global kurang kondusif terutama akibat anjloknya harga minyak mentah dunia, sehingga apabila rupiah masih terus melemah akan memicu koreksi IHSG.


Namun bagi perekonomian Indonesia, harga minyak yang anjlok menjadi faktor positif, sehingga bila rupiah berhasil rebound maka IHSG diperkirakan berpeluang menguat terbatas mengingat secara technical IHSG masih bergerak dalam tren positif. IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.125 dan resisten di 5.185.


(hds/hds)