Produksi Premium Susah dan Mahal, Bisakah Pertamax Jadi BBM Bersubsidi?

Jakarta -Premium adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yang dijual lebih murah dari harga pasar. Namun untuk memproduksi Premium dibutuhkan proses yang tidak mudah dan biaya tidak murah.

Djoko Siswanto, Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, mengatakan saat ini sudah semakin sulit mencari Premium atau yang dikenal dengan RON 88. Hampir semua produsen minyak sudah memproduksi RON 92 atau sekelas Pertamax yang non subsidi.


"RON 88 itu sudah jarang sekali bisa didapat, hampir semua produsen minyak produksinya sekarang ini RON 92 ke atas. Bahkan untuk impor RON 88, Petral harus blending (mencampurkan) nafta 92 dengan berbagai macam campuran agar bisa jadi RON 88. Itu kan biaya lagi," papar Djoko kepada detikFinance, Jumat (19/12/2014).


Oleh karena itu, Djoko menyebutkan agar BBM bersubsidi dinaikkan kelasnya dari RON 88 menjadi RON 92. Artinya, Premium akan hilang dan Pertamax menjadi BBM bersubsidi.


"Lebih bagus kan? Apalagi rekomendasi kita minta Pertamina/Petral tidak lagi impor RON 88," tutur Djoko.


Bila nantinya Pertamax disubsidi, dia menyarankan menggunakan pola subsidi tetap per liter. Dengan subsidi tetap, pemerintah memberikan subsidi dalam jumlah tertentu di setiap liter BBM. Sementara sisanya mengikuti harga pasar, sehingga harga jual BBM bersubsidi di SPBU bisa naik-turun seperti Pertamax saat ini.


"Itu pilihan pemerintah, tapi jika mekanisme subsidi fix ditetapkan saya rasa bagi pemerintah karena anggarannya kan tetap. Masyarakat juga diuntungkan karena mendapatkan bahan bakar yang jauh lebih baik kualitasnya," tambah Djoko.


Djoko menegaskan, apakah Premium atau Pertamax yang nantinya disubsidi, semua keputusan ada di tangan pemerintah. "Itu ranahnya pemerintah. Kalaupun RON 92 yang disubsidi, formulanya sama saja," ujarnya.


(rrd/hds)