Misalnya warga di Kabupaten Karangasem, Bali, tak tinggal diam terhadap ancaman menurunnya kualitas lingkungan di daerahnya. Mereka mencoba melakukan langkah nyata agar tak terjadi defisit air bersih di Karangasem, Bali.
"Kalau musim kemarau Kabupaten Karangasem selalu mengalami penurunan debet air bersih terutama air tanah. Malah bisa defisit (kekurangan) hingga 15% dari kebutuhannya," ujar Perwakilan Masyarakta Karangasem Dwi Mardana dalam Workshop soal kawasan hijau di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Ia mengungkapkan, penyebab utamanya adalah peralihan fungsi hutan yang menjadi pusat resapan air, beralih menjadi pusat pemukiman dan pariwisata.
"Awalnya kaki Gunung Agung di Kabupaten Karangasem itu adalah hutan lebat yang berfungsi sebagai sumber resapan utama. Tapi sekarang sudah banyak yang beralih fungsi sebagai vila-vila, perumahan, hotel dan ruko-ruko. Jadi kami sekarang hampir kehilangan sumber resapan," tuturnya.
Ia bersama warga desa di kabupaten tersebut telah berkomitmen untuk menolak segala bentuk peralihan fungsi lahan. Terutama lahan-lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai area resapan.
"Kami berkomitmen, dan ini didukung oleh Wakil Bupati kami untuk tidak menandatangani persetujuan untuk penjualan lahan di wilayah kami," tegasnya.Next
(dna/hen)
