Rasanya Sama-sama Manis, Tapi Gula Punya Banyak Nama

Jakarta -Selama bertahun-tahun, di dalam negeri terjadi polemik soal gula rafinasi (industri) berbasis bahan baku impor gula mentah yang merembes ke pasar ‎sehingga gula petani kalah saing. Bahkan Istilah gula ini sempat mengundang pernyataan kontroversial Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin yang mengatakan, bahwa Indonesia tak mengimpor gula, namun hanya mengimpor bahan baku gula dalam bentuk raw sugar.

Presiden Direktur PT Gendhis Multi Manis (GMM) Kamadjaya pengelola Pabrik Gula Blora di Jawa Tengah, menegaskan secara prinsip gula atau sukrosa adalah sama terutama dari struktur kimianya yaitu C12 H22 011‎. Namun dalam perkembangannya bermunculan istilah-istilah yang membedakan gula dari berbagai namanya. Saat ini sumber gula di dunia berasal mayoritas dari tebu, lalu beet (semacam ubi).


Pertama, Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) atau biasa disebut sebagai gula A. Satuan kepekatan warna (icumsa) pada gula ini mencapai 1200 IU atau warnanya sangat butek. Proses pengolahannya hanya penambahan kapur atau proses defeksi. Kandungan gulanya hanya 95%.


Kedua, Gula Kristal Putih (GKP)‎ atau white sugar, merupakan gula dari bahan baku tebu atau gula mentah yang proses pemurniannya pakai sulfitasi (sulfur) atau karbonatasi tanpa proses dekolorisasi, dengan kualitas butiran 0,8-1,2 mm, dan tingkat icumsa atau warna 100-300 IU, kandungan gulanya 99,5 % sampai 99,6%


Ketiga, Gula Kristal Rafinasi atau refined sugar yang berasal dari gula mentah yang melalui proses dekolorisasi, kandungan gulanya 99,8%, dan kejernihan warnanya paling putih yaitu di bawah 45 icumsa.


Keempat, brown sugar, proses pembuatannya dibubuhi oleh molases atau tetes tebu (sisa penggilingan) warnanya karamel dan tak semanis gula pasir. Tingkat warna gula ini tak jernih karena kadar icumsanya 600 IU.


Kelima, gula merah yang berasal dari nira tebu/kelapa yang disaring kemudian dididihkan punya aroma khas. Bila dibuat bubuk atau dibuat kristal biasa disebut gula semut.Next


(hen/rrd)