Tim Pemberantasan Mafia Migas: Setop Impor RON 88, Untungnya Banyak

Jakarta -Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) merekomendasikan impor RON 88 (bensin premium) dihentikan, cukup impor RON 92 atau pertamax 92. Hal tersebut tentunya menambah biaya, namun hanya tidak terlalu besar dan justru untungnya lebih banyak.

"Formula perhitungan harga patokan BBM kita buat lebih sederhana, yakni misalnya untuk RON 92 adalah Harga MOPSMogas 92 + α (alpha) untuk bensin dengan RON92, sebelumnya kan berdasarkan Kepmen ESDM No. 0219 K/12/MEM/2010 jo Kepmen ESDM No. 3784 K/12/MEM/2014, HIP (Harga Indeks Pasar) untuk Bensin Premium 0,9842 x MOPS 92," ujar Anggota Tim Darmawan Prasodjo kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Minggu (21/12/2014).


Ia mengatakan, dengan perubahan formula harga dari impor RON 88 diubah menjadi RON 92, maka akan terjadi penambahan biaya, karena harga RON 92 memang lebih mahal.


"Tapi kalau kita hitung penambahannya hanya 1% dari cost untuk setiap tambahan 2,5 oktan (RON), jadi kalau nambahnya 4 oktan (dari RON 88 jadi 92) akan ada kenaikan biaya 1,6%. Sehingga dari sini memang pemindahan dari RON 88 ke RON 92 akan ada penambahan biaya. Tapi penambahan kualitas oktan jauh lebih besar dari penambahan biaya impornya," jelas Darmawan.


"Tapi perlu dicatat juga, selain oktan lebih besar, RON 92 juga jauh lebih bersih, sehingga dampak terhadap lingkungan jauh lebih bersih juga, jadi untungnya lebih banyak," tambahnya.


Ditambahkan Ketua Tim yang biasa disebut Tim Pemberantasan Mafia Migas, Faisal Basri, dengan impor premium dihentikan, akan membuat harga Pertamax, Shell Super atau Performance Total harganya akan turun dan jauh lebih murah.


"Jangan lupa loh, ada kemungkinan harga Pertamax yang merupakan RON 92 bakal turun dan Shell serta Total segala macam juga terdorong turun harganya. InsyaAllah kita akan menikmati harga Pertamax dengan harga yang lebih murah. Apalagi selisih RON 88 dengan RON 92 juga tidak sampai Rp 1.000 per liter," tutup Faisal.


(rrd/rrd)