Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementan Yusni Emilia menjelaskan teknologi yang digunakan saat ini masih terjadi penyusutan atau losses sebesar 13% selama proses pengolahan padi menjadi beras.
"Kita akan minimalkan itu supaya produksi berasnya lebih banyak. Akan ditekan sampai di bawah 10%," tegas Emilia di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Upaya tersebut antara lain mengatasi permasalahan-permasalahan yang menyebabkan penyusutan produksi beras. Menurutnya, penyusutan yang terjadi bisa terjadi karena proses pengeringan yang tidak sempurna, juga kualitas mesin penggilingan yang sudah tidak prima. Akibatnya bulir beras rentan mengalami kerusakan pada saat proses penggilingan.
"Yaitu dengan merevitalisasi mesin-mesin pengeringan dan penggilingan padi. Selama ini, mesin komponennya mungkin ada yang sudah aus dan sebagainya, makanya banyak banyak bulir padi yang pecah jadi losses di situ," katanya.
Untuk memuluskan langkah tersebut, saat ini pihaknya telah mengalokasikan dana sebesar Rp 500 miliar yang masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang dikelola Kementan.
Anggaran tersebut akan dimanfaat untuk memperbaiki mesin-mesin penggilingan padi di tingkat petani atau kelompok tani yang sebagian besar adalah mesin giling skala kecil. Selain itu juga meningkatkan kapasitas pengolahan untuk mesin-mesin pengeringan padi serta mesin-mesin pertanian lainnya.Next
(dna/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com