"Harga Elpiji mau nggak mau akan naik terus. Gas kota harus dikembangkan lagi. Satu bulan cuma Rp 40.000 untuk masak tiap hari. Kalau Elpiji bisa Rp 130.000," ungkap Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Minggu (5/4/2015).
Di samping itu, lanjut Andy, gas kota juga sangat aman karena tidak mudah terbakar. "Kalau gas kota ketika terbuka langsung lari ke atas, terbang. Berbeda dengan Elpiji, ada tekanan ke bawah dan bisa meledak," jelasnya.
Akan tetapi, Andy mengakui perkembangan dari pembangunan jaringan gas kota belum optimal. Investor swasta juga masih sulit untuk ikut serta karena harga yang tidak kompetitif. Untuk 1 rumah, nilai investasinya bisa Rp 10 juta.
"Swasta nggak mau investasi karena harga gas murah. Pengembaliannya bisa 28 tahun, karena untuk banyak rumah tangga kan," kata Andy.
Menurutnya, harus ada pengaturan harga yang bisa dilakukan oleh BPH Migas. Misalnya untuk ditetapkan pada kisaran Rp 80.000/bulan.
"Harusnya patokannya lebih tinggi supaya investor mau. Kisaran Rp 80.000/bulan," sebutnya.
Andy menambahkan, sekarang dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sudah membantu dengan pembangunan pipa di jalur-jalur utama. Sehingga, pihak swasta hanya perlu menyambungkan ke perumahan.
"PGN di jalur utama bangun, begitu di gate-nya perumahan yang bangun," imbuhnya.
(mkl/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
