Harga Bawang Meroket, HKTI: Ini Praktik Perburuan Rente

Jakarta - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) memiliki pandangan atas meroketnya harga bawang merah dan bawang putih saat ini. Menurut HKTI, ada praktik nakal segelintir orang yang sebatas mengambil keuntungan atau praktik memburu rente dari komoditas bawang.

Sekjen HKTI Fadli Zon menyebutkan, praktik berburu rente ini bisa dilakukan oleh para importir bawang khususnya bawang putih. Ini kemudian berujung pada meroketnya harga bawang putih yang menyentuh Rp 70.000 per kg, kemudian merembet pada melonjaknya harga bawang merah yang mencapai harga Rp 64.000 per kg.


"Ini adalah praktik perburuan rente. Sangat mudah dibaca, ada usaha untuk mengambil keuntungan," tutur Fadli Zon usai acara diskusi Polemik soal bawang di rumah makan kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).


Menurutnya, praktik memburu rente ini bisa dicegah ketika pemerintah mengatur dan mengawasi terhadap tata kelola dan izin produk pertanian berupa Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) secara baik. Namun, solusi terbaik adalah meningkatkan produksi bawang putih di dalam negeri karena 90% sampai 95% kebutuhan bawang putih harus diimpor dari China dan India, sementara secara kemampuan tanaman bawang bisa dengan mudah ditanam di Indonesia.


"Kalau kurang jangan langsung impor tapi bagaimana kita tingkatkan produksi di dalam negeri. Impor itu sementara sifatnya untuk komoditas yang kita mampu produksi di dalam negeri," tambahnya.


Fadli yang juga politisi dari Partai Gerindra memandang, melambungnya harga bawang putih yang kemudian merembet ke harga bawang merah mirip dengan kasus meroketnya harga daging sapi karena persoalan kartelisasi daging impor. Ia berharap, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa turun tangan karena ada indikasi permainan harga oleh importir.


"Itu bisa ditelusuri, di mana asal-usulnya. Agak lambat di Kementeriannya. Harus ada keterlibatan KPK untuk penelusuran," cetusnya.


(feb/dnl)