Tercekik Harga Bawang, Ibu Rumah Tangga di Bantul Unjuk Rasa Unik

Bantul - Harga bawang putih yang kian hari kian melambung membuat sejumlah ibu rumah tangga di desa Srimartani kecamatan Piyungan Bantul menggelar unjuk rasa. Mereka mendesak pemerintah mengatasi melonjaknya harga bawang putih yang kian mencekik.

Tak seperti kebanyakan unjuk rasa yang identik dengan orasi berapi-api, belasan ibu rumah tangga di desa Srimartani, Bantul Kamis (14/03/2013) melakukan unjuk rasa hanya dengan aksi teatrikal. Tempatnya pun bukan di kantor pemerintahan atau tempat yang menjadi simbol keramaian kota. Mereka menyampaikan aspirasinya di halaman Sekretariat organisasi Lakpesdam NU, tempat biasa para ibu menggelar pertemuan.


Dalam aksinya tampak empat orang ibu rumah tangga menggapai-gapai berusaha meraih replika buah bawang putih yang menggantung di dahan pohon. Namun upaya para ibu yang semuanya memakai caping petani ini selalu kandas.


Setiap kali tangan hampir menyentuh, replika bawang seukuran bola sepak itu tiba-tiba semakin meninggi.


Saat itulah, seorang lelaki yang duduk tak jauh dari tempat itu sontak tertawa terbahak. Mengenakan kacamata dan jas hitam, tangan kiri lelaki itu memegang kipas yang terbuat dari susunan uang lembaran Rp 100 ribu. Sementara tangan kanannya memang tali yang ternyata terhubung dengan replika bawang yang menggantung.


"Aksi ini sebagai simbol bahwa melambungnya harga bawang semakin membuat masyarakat tak mampu lagi menjangkau. Tapi ternyata, melambungnya harga itu akibat permainan oknum-oknum yang sengaja ingin mengeruk keuntungan", kata Suharti (41) salah satu ibu rumah tangga.


Meski tak punya bukti atas tudingannya itu, tapi para ibu rumah tangga ini menduga, kasus melambungnya harga bawang putih tak beda jauh dengan kasus daging sapi yang juga sempat melangit.


"Jangan sampai ini jadi seperti kasus daging impor. Kalau mereka kan bisa korupsi, tapi kalau kita ya hanya bisa demo seperti ini", tambahnya.


Bagi Marsilah (45) ibu rumah tangga lainnya, naiknya harga bawang putih yang kini mendekati Rp 80 ribu/kg terasa makin menambah beban keluarga. Apalagi, naiknya harga bawang putih kini juga diikuti bawang merah yang sudah mencapai Rp 50 ribu/kg.


"Pemerintah tidak bisa tinggal diam. Masyarakat semakin susah kalau semua harga kebutuhan mahal. Ini bisa membuat harga-harga lain ikut naik. Padahal kita juga harus membiayai sekolah anak-anak", ujarnya.


Aksi teatrikal ini berakhir setelah replika bawang putih berhasil diraih. Tapi bukannya disimpan, secara beramai-ramai para ibu rumah tangga justru memukulkan pada lelaki yang sebelumnya mempermainkan mereka.


"Kita sudah jengkel dengan kondisi seperti ini. Harga mahal, apa-apa mahal. Setiap kali mau masak, harus berpikir rasanya nanti seperti apa. Kalau begini terus, masyarakat harus ngomong apalagi pada pemerintah", kata Marsilah setengah ngotot.


(dnl/dnl)