Harga Tanah Selangit, di Bali Susah Dibangun Rumah Murah

Jakarta - Bali memiliki daya tarik investasi properti yang cukup kuat, sektor properti terus menggeliat sehingga mendorong kenaikan harga tanah. Sehingga di Bali tidak bisa untuk dibangun Rumah Sejahtera Tapak (RST) atau pun Rumah Susun Sederhana (RSS).

"Di Bali nggak ada RST ataupun RSS," ungkap Ketua DPD REI Bali Wayan Budiana yang juga merupakan Direktur Utama PT. Budi Sedana Propertindo, kala kunjungan ke Padang, Sumatera Barat, Jumat (15/3/2013)


Ada beberapa penyebab, Budiana muturkan diantaranya adalah harga tanah yang selalu berubah dan terlalu cepat naik. "Itu tadi perubahan harga tanah di Bali tidak dalam hitungan bulan atau tahun tapi, per menit," jelasnya.


Ia mengaku masih adanya tanah yang murah dan terjangkau, akan tetapi lokasinya sangat jauh dari perkotaan. Sehingga permintaan pun hanya sedikit. "Harga murah di pedesaan Rp 1,8 juta per meter tapi demand nggak ada," jawabnya.


Jika dipaksakan membangun rumah yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tersebut, Budiana menilai swasta akan menderita kerugian. "Permintaan perumahan tidak menjangkau. Mending bisnis-bisnis kos-kosan, atau apartemen itu mulai laku. 4 lantai, Rp 400 juta kalau dibeli," papar Budiana.


Menurutnya hal itu bukan tanpa solusi. Ia menyarankan kepada pemerintah agar membuat sebuah masterplan terkait tata kota. Sehingga pengembang bisa memetakan, pembangunan perumahan selanjutnya.


"Bali kecil. Harusnya ada masterplan, dimana boleh ada bangunan tinggi atau tidak. Karena penduduk padat," tutupnya.


(hen/hen)