AS Tawarkan RI Teknologi Tinggi Pengeboran Shale Gas Pengganti BBM

Jakarta - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menawarkan Indonesia untuk menggunakan berbagai teknologi pengeboran shale gas yang bisa bermanfaat bagi Indonesia sebagai alternatif energi pengganti minyak bumi.

Hal tersebut terungkap di acara Regional Waorkshp on the changing Global Gas Market and Unconventional Gas yang dilakukan di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (6/5/2013).


"Kami (Amerika Serikat) telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk mengembangkan shale gas, dan itu akan kami tawarkan kerjasama kepada Indonesia," ujar Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel pada acara tersebut.


Hal yang sama juga diungkapkan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo, AS telah berhasil mengembangkan proyek shale gas yang terbukti meningkatkan produksi gas liquid mencapai 700.000 barel per hari.


"Jika ini dilakukan di Indonesia tentu manfaatnya sangat besar bagi Indonesia terutama pengurangan penggunaan BBM," ucapnya.


Dalam acara tersebut juga dilakukan pertemuan tertutup antara Departemen Energi Amerika Serikat dan Dirjen Ketenagalistrikan dan Dirjen Minyak dan Gas Bumi.


"Dalam pertemuan tadi Amerika dengan Indonesia akan menjalin kerjasama di bidang listrik dan energi baru dan terbarukan. Kerjasama ini nantinya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 6,2%-6,5% per tahunnya, di mana diperlukan tambahan kapasitas listrik per tahun mencapai 5.000 mega watt," ungkap Dirjen Ketenaga Listrikan.


Kata Jarman, apalagi di saat yang sama Indonesia juga ingin mengurangi pemakaian BBM di bidang listrik.


"Di 2011 kan porsi pemakian kita untuk BBM masih 23% atau sekitar 11,2 juta kiloliter (KL), 2012 kita turunkan menjadi hanya 15% atau turun jadi 8,2 juta KL dan tahun ini kita targetkan hanya sekitar 10% atau sebesar 6 juta KL. nantinya BBM ini bisa digantikan dengan shale gas dimana teknologinya telah berhasil dikembangkan oleh Amerika," tandas Jarman.


Tidak hanya dari listrik, dari pemanfaatan gas lainnya, kata Dirjen Minyak dan Gas Bumi Edy Hermantoro, Indonesia punya potensi sangat besar dari shale gas yakni mencapai 574 triliun kaki kubik (TCF) atau lebih besar dibandingkan gas metana batubara (CBM) 453,3 TCF dan gas konvensional 153 TCF.


Cadangan shale gas sendiri banyak tersebar di berbagai lokasi seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Keberadaan shale gas tidak sedalam gas bumi atau hanya berjarak antara 300-400 meter di bawah permukaan laut, sementara untuk gas konvensional keberadaannya mencapai lebih dari 2.000 meter. Amerika sendiri telah berhasil mengembangkan shale gas secara masal dan terbukti berdampak luas terutama menurunkan harga minyak dunia.


Pertengahan Mei ini, kata Edy, Pertamina akan menandatangani kontrak pertama pengembangan shale gas dan ditargetkan akan segera produksi pada 2018.


"Kontrak shale gas yang diteken ada di wilayah kerja Pertamina di Sumatera Utara yang berdekatan dengan Aceh, berdasarkan data sementara potensi shale gas disana mencapai 15 triliun kaki kubik (TCF)," ungkapnya.


Dalam waktu dekat juga pihaknya kata Edy akan segera mengumumkan lelang dua blok shale gas yang berlokasi di Riau dan Kalimantan Tengah.


"Kedua blok tersebut akan ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung. Namun Pemerintah sudah menerima 75 proposal pengembangan shale gas," tandasnya.


(rrd/dnl)