Marak 'Batik' Impor Asal China, Pengusaha Anggap Itu Selundupan

Jakarta - Indonesia masih kebanjiran batik asal China, dalam 3 bulan pertama tahun 2013 saja terdapat 159 ton batik China yang diimpor. Bagi kalangan dunia usaha, kenyataan itu merupakan tekstil bermotif batik alias bukan batik yang diselundupkan.

Staf Khusus Menteri Perindustrian yang juga pengusaha tekstil dan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pertesktilan Indonesia (API) Benny Sutrisno mengatakan, kebanyakan batik tersebut masuk dari Pelabuhan di Batam, Kepulauan Riau, lokasi ini tak termasuk ke dalam pelabuhan yang diizinkan untuk importasi tekstil.


"Saya melihatnya itu kebanyakan selundupan. Karena masuknya dari Riau, kalau tekstil itu masuknya hanya boleh ke beberapa pelabuhan dan bandara," kata Benny saat ditemui selepas acara Penutupan Pameran Industri Hijau, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/5/2013).


Menurut Benny, 5 pelabuhan yang saat ini memiliki izin untuk importasi tekstil ialah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Belawan Medan, Makassar, dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.


"Kalau udaranya Cengkareng (Soetta), Bali (Ngurah Rai), dan Surabaya (Djuanda)," katanya.


Kalaupun ada batik-batik yang masuk ke pasaran Indonesia secara resmi, Benny menegaskan itu bukanlah batik asli, karena batik asli hanyalah buatan Indonesia. Negara-negara lain banyak yang mencoba meniru produk yang telah diakui UNESCO sebagai produk asli Indonesia ini.


"Saya ngelihatnya itu bukan batik. Itu printing. Orang pasti tahu batik. Seharusnya sekarang teman-teman mulai mematenkan batiknya. Dan pemerintah melakukan pengawasan barang beredar," tutup Benny.


Seperti diketahui, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), selama tiga bulan pertama tahun 2013, terdapat 159 ton batik China yang diimpor senilai US$ 4,6 juta atau setara Rp 43,7 miliar.


(zul/hen)