Vietnam Terus Maju Walaupun Jual Harga BBM Rp 11.000/Liter

Jakarta - Pemerintah Indonesia perlu meniru Vietnam dalam hal penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Negera yang kini terus menggeliat tumbuh pesat itu menjual harga BBM cukup mahal daripada Indonesia.

Staf Khusus Menteri Perindustrian yang juga Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pertesktilan Indonesia (API) Benny Sutrisno mengatakan sudah seharusnya harga BBM di Indonesia mengikuti harga keekonimian alias tanpa subsidi.


"Kalau crude naik, harga processing naik. Dan supaya subsidi tidak naik, harga harus naik. Perhitungannya harusnya Rp 9.000/liter, tanpa ada subsidi," kata Benny ditemui selepas acara Penutupan Pameran Industri Hijau di Kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (10/5/2013),


Ia beralasan, dana subsidi yang dicabut bisa dialihakn untuk pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa yang dinilai masih kurang merata. "Sumatera sengsara karena jalan. Kalimantan gubrak karena jalan. Bangunlah jalan. Setiap ada sungai, jalan, ekonomi otomatis akan jalan," tegas Benny.


Benny meyakini, jika langkah kenaikan tersebut diambil, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pun akan meningkat. Seperti yang dia contohkan di negara Vietnam yang memberlakukan harga BBM Rp 11.000/liter.


"Di Vietnam saja harganya Rp 11.000/liter nggak bangkrut-bangkrut. Maju terus," tegasnya.


Namun, jika besaran kenaikan yang akan ditetapkan pemerintah maksimal menjadi sebesar Rp 6.500/liter, Benny mengatakan hal tersebut sudah cukup ideal, namun harus diimbangi dengan sektor industri pendukung.


"(Dengan) Teknologi otomotif, makin lama kan makin meningkat. Konsumsi liter per km nya jadi ditingkatkan. Misalnya 1 km hanya beberapa km, ditingkatkan menjadi lebih besar km-nya. Jadi disesuaikan," tutupnya.


(zul/hen)