Industri Perhiasan RI Masih Bergantung Bahan Baku Impor

Jakarta - Para pengusaha perhiasan Indonesia masih terbatas menggunakan bahan baku dalam negeri. Seperti batuan, emas ataupun berlian ternyata mengandalkan produk impor.

Berdasarkan pantauan detikFinance di Jakarta international Jewellery Fair 2013, penjual perhiasan mengaku bahan baku perhiasan luar negeri lebih bagus dibandingkan Indonesia, seperti Srilanka, Hong Kong, Belgia ataupun Afrika.


"Andalan kita cincin itu jenis Bluesafir seharga Rp 400-an juta. Itu bukan dari Indonesia tapi dari Srilanka. Mahal karena, berliannya banyak, besar, batunya juga besar. Kenapa Srilanka karena memang bagusan dari luar dibanding Indonesia," kata Vinka, penjual dari WAN Signature di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (9/5/2013)


Hal yang serupa juga dikatakan oleh Marketing Promosi Swan Jewellery Hendy Darmadi mengatakan pemotongan (cutting) batu atau berlian dari Indonesia tidak bagus. Sehingga lebih memilih impor dari Belgia.


"Jadi kita cutting dari Belgia kemudian setting di Hong Kong, kalau Indonesia cutting-nya jelek," ucap Hendy


Sementara itu Sekjen Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (Apepi) Iskandar Husin mengakui memang ada sisi keterampilan pemotongan yang kurang dari produk dalam negeri. Padahal menurutnya, batu asal Kalimantan ataupun Sulawesi sangat terkenal kualitasnya.


"Saya pikir semua batu akan bisa berkompetisi, asalkan ada keterampilan. Ini yang sepertinya kurang," pungkas Iskandar.


Pameran Jakarta international Jewellery Fair 2013 berlangsung dari tanggal 9-12 Mei 2013 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta. Buat para pecinta perhiasan, bisa datang dari pukul 12.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.


(hen/hen)