Ini Risiko Ekonomi yang Menghantui RI di 2013

Jakarta - Meskipun Indonesia masih bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif, ternyata ada beberapa risiko yang akan menghantui di 2013 ini.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengungkapkan risiko tersebut, pertama adalah terkait ancaman inflasi akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).


"Jika kenaikan harga dengan premium Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 maka inflasi sampai akhir tahun total 8,47%. Sementara andil dari BBM adalah 2,77%," kata Destry dalam paparan Indonesian Economic Outlook 2013 di Gedung Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (14/5/2013)


Kedua menurutnya adalah peningkatan tekanan pada anggaran pemerintah. Meski sudah ada rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, namun Ia masih mengkhawatirkan anggaran subsidi yang terlalu besar.


"Subsidi secara keseluruhan masih sebesar Rp 300 triliun. Itu sudah dengan kenaikan. Kalau tidak kan bisa sampai Rp 400 triliun," jelasnya.


Selanjutnya adalah terkait ketidakseimbangan sektor eksternal yang dipicu oleh meningkatnya impor migas. Ia menyebutkan neraca perdagangan Indonesia (NPI) sektor migas kembali mencetak defisit ini pun, menurut Destri akan langsung berdampak pada nilai tukar rupiah (NTR).


"Kalau tidak ada kebijakan khususnya BBM, tekanan terhadap rupiah betul-betul terjadi," jawabnya


Resiko terakhir adalah peningkatan utang luar negeri swasta. Dalam 2 tahun terakhir, Destry mencatat peningkatan sebesar 50%, dimana sekarang mencapai US$ 125 miliar. Walaupun itu banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional, namun menurutnya tetap akan berdampak buruk pada perekonomian nasional.


"Jadi utang luar negeri swasta yang naik cepat ini mengkhawatirkan, diantara utang pemerintah yang stabil, utang swasta malah nambah," sebut Destry.


Melihat resiko tersebut, Ia memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 6,15% tahun 2013. Artinya dibawah target pemerintah yang memberikan range 6,2 - 6,4%.


(dru/dru)