SBY Terima Ratusan SMS dari Masyarakat, 40% Minta BBM Naik

Jakarta - Ketidakjelasan mengenai kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat masyarakat bertanya langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY ternyata telah menerima ratusan pesan singkat (SMS) dari masyarakat yang mempertanyakan kepastian kenaikan harga BBM bersubsidi.

Lebih dari 40% SMS yang diterima SBY, menginginkan segera menaikkan harga BBM.


Staf Khusus Presiden (SKP) bidang Komunikasi Sosial, Sardan Marbun dalam situs resmi Sekretariat Kabinet (Setkab), Rabu (8/5/2013) menyebutkan, masyarakat sangat menantikan kejelasan isu kenaikan harga BBM.


"Sementara itu, di beberapa daerah sudah terjadi kelangkaan BBM. Sementara masyarakat tidak mampu mengharapkan kompensasi dari kenaikan harga BBM tersebut, untuk membantu meringankan beban hidup mereka," jelas Marbun.


Pada periode 16-30 April 2013, Presiden SBY menerima 5.298 pengaduan masyarakat melalui SMS dan PO BOX 9949. Jumlah pengaduan melalui SMS 5.261, sedang surat yang masuk melalui PB BOX 9949 37 pucuk.


Sebanyak 710 SMS yang menanggapi rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dari jumlah itu, terdapat 290 SMS (40,84%) mendukung, 255 SMS (36,92%) netral, dan 165 SMS (23,24%) menolak.


"Kalau begini terus masyarakat kacau, maka lebih baik menaikkan harga BBM menggunakan satu harga antara Rp 5.500 - Rp 6.000 itu akan lebih baik dan tidak butuh pengawasan," jelas salah satu SMS yang mendukung kenaikan harga BBM.


"Pak Presiden wacana penghapusan subsidi BBM bukanlah salah satu jalan keluar, bagaimana kita menggalakkan penggunaan gas pengganti bahan bakar minyak," salah satu SMS yang netral mengomentari kenaikan BBM.


Adapun kiriman SMS yang bernada negatif antara lain: "Defisit negara karena gaji PNS tinggi, pemerintah ada kepentingan politik, yang dirugikan rakyat lagi. BBM naik, pajak naik, rakyat menjerit."


(dru/dnl)