Duh, Rokok Masih Jadi Konsumsi Utama Masyarakat Miskin Setelah Beras

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran per kapita per bulan masyarakat miskin mengalami kenaikan dari Rp 259.520 pada bulan September 2012 menjadi Rp 271.626 pada bulan Maret 2013.

Konsumsi terbesar adalah untuk makanan yang juga naik dari Rp 190.758 pada bulan September 2012 menjadi Rp 199.691 di bulan Maret 2013.


"Jadi andil pengeluaran untuk makanan cukup tinggi," ujar Kepala BPS Suryamin saat ditemui di kantornya, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta, Senin (1/7/2013).


Suryamin menyebutkan terdapat komoditas terbesar yang dikeluarkan para masyarakat miskin. Pertama, beras di mana masyarakat kota mengeluarkan 25,86% penghasilannya untuk memberli pangan pokok ini, sementara masyarakat desa mengeluarkan 33,97%. Kedua, rokok kretek filter.


"Masyarakat miskin kota mengeluarkan 8,82% dan desa 7,48%. Ini sayang ya, karena dikonsumsi tapi tidak punya kalori padahal masuk perhitungan pengeluaran mereka," jelasnya.


Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (3,5% di perkotaan dan 2,57% di pedesaan), mie instan (2,67% di perkotaan dan 2,28% di pedesaan), gula pasir (2,65% di perkotaan dan 3,67% di perdesaan, tempe (2,26% di perkotaan dan 1,97% di pedesaan), bawang merah (2,24% di perkotaan dan 2,49% di pedesaan), daging ayam ras (2,2% di perkotaan dan 1,13% di pedesaan), serta tahu (2% di perkotaan dan 1,57 di pedesaan.


Sementara komoditi bukan makanan yang memberi pengaruh besar pada kenaikan garis kemiskinan bulan Maret 2013. Adalah perumahan (9,7% di perkotaan dan 7,3% di pedesaan), listrik (3,57% di perkotaan dan 2,05% di pedesaan), pendidikan (3,06% di perkotaan dan 1,68% di pedesaan), bensin (2,37% di perkotaan dan 1,93% di pedesaan), dan angkutan (2,13% di perkotaan dan 0,98% di pedesaan).


"Perubahan harga di bensin dan angkutan sangat berpengaruh bagi masyarakat miskin ini," tandasnya.


(nia/dru)