Harga BBM Naik, Bagaimana Menyisakan Uang Untuk Investasi?

Jakarta - Dampak kenaikan harga BBM subsidi akan langsung berimbas pada beban hidup masyarakat, baik yang lajang maupun yang sudah berpasangan.

Untuk yang sudah berpasangan, beban hidup naik hingga 35%, sementara untuk yang bujangan hanya 20%. Ini karena harga-harga barang yang ikut naik. Tapi investasi pasti bisa dilakukan.


"Beban hidup pasti naik. Tapi investasi itu harus. Minimal mempertahankan besaran investasi awal," kata Perencana Keuangan Aidil Akbar saat ditemui di acara Peluncuran buku Aidil Akbar berjudul Easy Planning 'Hidup Sejahtera Sekarang dan Nanti', di Konikuniya, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (3/7/2013).


Untuk mengatasinya, kata Akbar, seseorang perlu memangkas pengeluaran yang kurang penting, misalnya belanja barang-barang yang memang tidak dibutuhkan.


"Mau nggak mau harus mengetatkan ikat pinggang dan review pengeluaran yang penting dan tidak penting yang hura-hura dikurangi bahkan dihilangkan. Kalau kurang lagi bisa mencari tambahan income," ujarnya.


Aidil menjelaskan, gaya hidup dan tingginya pengeluaran seseorang justru menjadi kendala utama sulitnya berinvestasi. Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak akan berdampak 'hebat' jika gaya hidup 'berlebihan' bisa dikurangi.


"Berdasarkan pengalaman kendala bukan di penghasilan tapi di gaya hidup dan pengeluaran. Dengan kenaikan BBM, selama gaji di atas UMP, untuk yang single masih cukup memenuhi kebutuhan minimum sehari-hari," kata dia.


Dia mencontohkan, dengan gaji di kisaran Rp 5 juta-Rp 6 juta per bulan, masih sangat memungkinkan menyisihkan dananya untuk berinvestasi.


"Misal penghasilan Rp 5-6 juta per bulan, harusnya mereka bisa mencukupi. Kalau kita mau jujur, pengeluaran pokok sandang pangan papan antara 40-60% dari penghasilan kita, jadi kita masih punya kelebihan 40% dan biasanya untuk kebutuhan lain-lain, misal 10-20% untuk cicil motor, dan 20% untuk lifestyle, nah yang lifestyle ini bisa dialihkan untuk investasi," paparnya.


(dnl/dnl)