Importir Gerah dengan Kebijakan Mobil Murah

Jakarta - Pemerintah sangat yakin dengan kebijakan mobil murah atau low cost green car (LCGC) sebagai jawaban untuk mendorong industri nasional walaupun menuai pro dan kontra. Adanya kebijakan ini bakal merugikan importir mobil, dan justru menumbuhkan industri dalam negeri.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi saat acara Buka Puasa Bersama di Kementerian Perindustrian, Rabu (31/7/2013).


"Program ini akan kurang nyaman bagi importir tapi nyaman bagi industri," kata Budi.


Budi mengatakan adanya regulasi LCGC akan mendorong industri komponen yang akan tumbuh dari multiplier effect yang ditimbulkan. "Pangsa pasar impor akan ketahan sama ini, ada 80-an industri komponen akan masuk," katanya.


Budi pun menampik anggapan bahwa industri mobil murah ini hanya akan menambah kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta. Menurutnya, penyebaran produk dari industri ini akan tersebar di semua daerah, hingga ke kabupaten, menurutnya ratusan kabupaten perlu kesejahteraan.


"Kesejahteraannya dilihat dari sana, kita ingin sejahtera, kalau tidak buat maka tidak sejahrera. Memang macet, tapi ada 536 kab/kota banyak daerah yg tidak macet," jelasnya.


Mengenai petunjuk teknis (juknis) LCGC, Budi menyebutkan, secara substansial telah selesai, namun secara administrasi belum. Beberapa produsen mobil pun sebagian telah siap untuk memproduksi mobil murah ini.


"Yang sudah ajukan Toyota dan Daihatsu, selebihnya belum jadi, Honda September, Suzuki Desember, Nissan Maret atau April," tutupnya.


(zul/hen)