Walaupun ada yang menganggap berbisnis di bidang properti tidak memerlukan modal. Justru anggapan itu bila dipraktikan menjadi titik awal lahirnya para pengembang-pengembang properti nakal.
Direktur Eksekutif Indonesia Properti Watch Ali Tranghanda mengatakan, terjun ke bisnis properti bukan hanya modal dengkul, perlu modal yang besar untuk terjun ke bisnis ini.
"Kalau ada di seminar bilang bisnis properti itu tanpa modal, itu salah sebetulnya. Tidak hanya bisa modal dengkul," kata Ali kepada detikFinance Kamis (14/11/2013).
Menurutnya adanya anggapan berbisnis properti tanpa modal berangkat dari kredit pembebasan lahan yang bisa ditanggung perbankan. Pengembang bisa mengajukan kredit konstruksi kepada perbankan, dan perbankan akan memberikan kucuran kredit sebesar 50% dari harga lahan yang dibebaskan. Celakanya, ini jadi permainan para pengembang nakal.
Pengembang bisa mengakalinya dengan kongkalikong dengan tim penilai harga tanah yang bisa berasal dari pihak independen ataupun perbankan. Sederhananya, misalkan si pengembang membeli lahan untuk proyek senilai Rp 1 miliar.
Seharusnya pengembang hanya mendapatkan kredit dari bank sebesar Rp 500 juta. Namun, pengembang dan kecurangannya melalui tim penilai mengaku harga tanah tersebut Rp 2 miliar, maka mereka mendapatkan kredit Rp 1 miliar dari bank. Itu berarti, dalam pembelian tanah, pengembang tidak mengeluarkan modal sepeser pun.Next
(feb/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!