Hal ini merespon penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kemarin ditutup di Rp 11770 menguat dibandingkan posisi akhir pekan lalu di Rp.11965. Penguatan rupiah ini dipicu surplus neraca perdagangan RI Oktober yang mencapai USD42,4 juta dibandingkan September yang defisit USD803 juta.
Kemarin BPS juga mengumumkan angka inflasi November yang mencapai 0,12% (mom) dan 8,37% (yoy). Selain sentimen domestik, penguatan IHSG juga ditopang faktor China dimana aktivitas manufaktur November meningkat dari perkiraan sebelumnya yang tercermin dari indeks final manufacturing PMI naik menjadi 51,4 dibandingkan perkiraan sebelumnya 51,2.
Sementara Wall Street tadi malam terkoreksi menyusul kenaikan yang telah berlangsung dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,27% dan 0,48% dtutup di 16008,77 dan 1800,90.
Pelaku pasar mengantisipasi rilis data tenaga kerja AS yang akan keluar akhir pekan ini dan penjualan ritel menyambut perayaan Thanksgiving tidak sebaik yang diperkirakan. Ini memicu koreksi atas saham-saham sektor ritel perdagangan.
Melanjutkan perdagangan hari ini pergerakan IHSG diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah atas dolar AS. Penguatan rupiah berpeluang mengangkat kembali indeks. IHSG akan bergerak dengan support di 4300 dan resisten di 4370.
(hen/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!