Maskapai Penerbangan Ini Bakal PHK 1.000 Karyawan

Sydney -Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas, berencana memangkas 1.000 karyawan. Maskapai negeri kanguru itu juga menurunkan target kinerja menjadi rugi AUD 300 juta (Rp 2,7 triliun) di akhir tahun ini.

CEO Qantas Alan Joyce mengatakan, kondisi pasar selama ini penuh ketidakpastian sehingga maskapai yang ia pimpin harus menghadapi berbagai tantangan seperti mahalnya harga bahan bakar, menguatnya dolar Australia, dan ketatnya persaingan di industri.


Saham Qantas langsung anjlok 17% setelah laporan kinerja tersebut. Padahal Qantas sudah mampu meraup laba tipis AU$ 5 juta di bulan Agustus setelah bermitra dengan Emirates.


"Tantangan yang kami hadapi sekarang ini sangat besar," kata Joyce dalam keterbukaan informasi di Bursa Australia, dikutip AFP, Kamis (5/12/2013).


"Sejak krisis ekonomi global, Qantas sudah berhadap dengan iklim usaha yang serba sulit, kuatnya dolar Australia dan rekor harga bahan bakar, ini membuat biaya operasional Qantas membengkak," tambahnya.


Sebelumnya ,Qantas sudah optimistis bisa membawa perusahaan meraup untung setelah bermitra dengan maskapai yang bermarkas di Dubai tersebut. Namun ternyata Qantas perlu waktu lebih lama lagi sebelum benar-benar bisa raup untung.


Joyce mengatakan dalam enam bulan terakhir tahun ini, Qantas diperkirakan mencatat rugi AUD 250-300 juta. Pasalnya jumlah penumpangnya sudah berkurang drastis di November.


Selain itu, biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan Qantas bengkak AUD 88 juta menjadi dari posisi tahun lalu menjadi AUD 2,27 miliar.


Maka dari itu, kata Joyce, langkah-langkah darurat harus dilakukan demi menyelamatkan Qantas, salah satunya adalah memangkas 1.000 karyawan, memotong gajinya sendiri serta menghentikan sementara pemberian bonus karyawan.


(ang/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!