Kesepakatan WTO Bali Belum Juga Tercapai

Nusa Dua -Kesepakatan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) IX hingga kini belum tercapai. Hasil yang akan dikemas menjadi Paket Bali itu masih ditentang oleh beberapa negara.

Awalnya perdebatan hangat terjadi saat India tetap ngotot untuk meminta waktu tak terbatas atas kenaikan subsidi pertanian dari 10% menjadi 15% dari total produksi nasional kepada negara berkembang. Aturan sektor pertanian (agricultural) diusulkan negara G33 ke sidang WTO Bali kali.


Tidak hanya itu di dalam aturan tersebut, negara berkembang juga meminta referensi harga diubah dengan tidak lagi menggunakan referensi harga Putaran Uruguay tahun 1986-1988. India sendiri adalah penggagas Proposal G33 sedangkan Indonesia adalah ketuanya.


Sedangkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) belum setuju atas permintaan itu. Amerika membatasi waktu hanya 4 tahun pemberian subsidi pertanian hingga 15%. Artinya India memandang aturan ini hanya sementara (interim) dan setelah 4 tahun berakhir akan kembali ke dalam aturan Putaran Uruguay tahun 1986 yang tertuang di dalam Agreement on Agricultural (AoA) ini yang ditolak India.


Hal ini membuat upacara penutupan yang sedianya akan dilakukan pada pukul 15:00 waktu setempat molor hingga waktu tengah malam. Namun belakangan sikap India melunak. Dikatakan Juru Bicara WTO Keith Rockwell kemajuan pesat terjadi bahkan Menteri Perdagangan dan Industri India Anand Sharma tersenyum dan bergandengan dengan Ketua United State Trade Representative (USTR), Michael Froman disertai dengan tepuk tangan para delegasi.


Masalah kemudian muncul saat menit terakhir penyusunan draft taxt Paket Bali (Bali Package) malam tadi. Negara Kuba muncul menjadi masalah baru yang tidak diduga oleh Chairman WTO Bali Gita Wirjawan dan Dirjen WTO Roberto Azevedo. Seperti diungkapkan Rockwell, Gita mengakui adanya missunderstanding dengan tidak melihat kepentingan negara Kuba.


Padahal keputusan hasil WTO ditentukan melalui sistem single undertaking yang artinya setiap negara harus setuju untuk mengeluarkan pendapat. Satu negara saja ada yang tidak setuju, maka Paket Bali gagal dibentuk.


Kuba ternyata tidak sendiri, setidaknya ada 3 negara lain yang menolak keras Paket Bali karena kepentingannya tidak didengar WTO. Selain Kuba, ada Bolivia, Venezuela dan Nicaragua. Yang menjadi titik masalah adalah soal embargo Amerika Serikat atas kapal-kapal yang transit di negara Kuba. Masalah ini sebelumnya sudah dibahas pada KTM WTO tahun 2005 di Hong Kong tetapi hingga kini belum ada kabar baiknya.


Hingga kini negosiasi dan konsultasi antara negara anggota WTO masih dilakukan dan dimulai pada pukul 10:00 pagi waktu setempat. Tentu menjadi sebuah pekerjaan yang berat untuk Gita Wirjawan dan Roberto Azevedo.


Menurut jadwal acara penutupan dan penentuan hasil Paket Bali akan dilakukan hari ini. Pertanyaannya adalah apakah Paket Bali disetujui? Lalu apakah kepentingan semua negara anggota WTO akan difasilitasi oleh Paket Bali?


(wij/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!