RI Impor Minyak Rp 21 Triliun/Bulan, Ini Tanggapan Hatta

Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor hasil minyak pada bulan Oktober 2013 tercatat sebesar 2,24 juta ton atau senilai US$ 2,14 miliar atau sekitar Rp 21 triliun. Angka ini didominasi oleh impor premium yang sebesar 1,04 juta ton senilai US$ 1,06 miliar atau Rp 10 triliun.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan impor sebanyak itu masih terjadi karena produksi minyak dalam negeri turun, sedangkan konsumsi terus meningkat.


"Nggak bisa dikurangi kalau produksi turun, konsumsi meningkat, transportasi begitu banyak, BBM meningkat 6%-8% per tahun. Sisi demand meningkat, sisi lain produksi turun," kata Hatta di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (5/12/2013)


Ia mengatakan ada kesalahan pada produksi minyak dan gas bumi (migas) yang harusnya di reformasi. Tahun ini saja, dari catatan eksplorasi minyak yang dilakukan terjadi penurunan yang cukup drastis.


"Impor meningkat jadi harus cepat salah satunya reformasi di sektor migas. Eksplorasi kita menurun, terbelanjakan hanya separuhnya dari total rencana investasi. Ini nggak boleh terjadi karena mengancam kesinambungan dari perminyakan kita," paparnya.


Beberapa reformasi yang dimaksud Hatta adalah dimulai dari perbaikan insentif, pemangkasan birokrasi perizinan dan yang lainnya. Sehingga eksplorasi dapat terus berjalan agar meningkatkan produksi.


"Karena nyawanya dari keberlanjutan minyak dan gas pada eksplorasi untuk tambah cadangan. Jadi menurut saya harus lakukan perbaikan insentifnya, perizinannya dan segala macam dilakukan," terangnya.


(mkl/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!