Apakah Harga BBM Harus Naik Tahun Ini? Berikut Hitung-hitungannya

Jakarta -Pemerintah kembali membuka kemungkinan opsi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada tahun ini. Meskipun belum diketahui kapan kebijakan itu akan diambil pemerintah.

Tapi apakah kebijakan ini sangat mendesak?


Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan menuturkan, ada beberapa ukuran yang menentukan kebijakan ini mendesak atau tidak. Namun yang utama adalah defisit anggaran.


"Kalau itu soal mendesak atau tidak harus dilihat ukurannya. Paling utama adalah kemungkinan prospek defisit anggaran. Jika lewat target bagaimana mengatasinya," ungkap Anton kepada detikFinance, Jumat (4/4/2014)


Ia menjelaskan, tahun ini defisit anggaran dipatok sebesar 1,69%. Namun diperkirakan realisasinya defisit anggaran akan melewati target pemerintah. Sebab yang pertama ada penurunan dari sisi penerimaan.


Terdiri dari produksi minyak yang diperkirakan hanya mencapai kisaran 810 barel per hari (bph) atau di bawah target yang 870 ribu bph. Kemudian asumsi nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang rata-rata dimungkinkan mencapai Rp 11.500.


Penerimaan pemerintah juga akan terganggu dari sisi penerimaan perpajakan. Penyebabnya adalah penurunan harga komoditas tambang dan pemberlakuan aturan minerba dengan pelarangan bahan tambang mentah.Next


(mkl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!