Tuna RI Harganya Bisa Rp 1 M/Ekor, Tapi Nelayan Kesulitan

Jakarta -Potensi bisnis ikan tuna di Indonesia cukup besar. Bahkan seekor tuna asal Indonesia harganya bisa mencapai Rp 1 miliar. Namun nelayan dalam negeri keterbatasan menangkapnya karena kapal yang kecil. Kenapa pemerintah tak bisa membantu?

Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Yusuf mengatakan, keinginan nelayan memiliki kapal besar untuk menangkap tuna terhalang oleh bunga kredit bank yang tinggi. Rata-rata bunga pinjaman perbankan nasional masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia dan Thailand.


"Salah satu faktor utama pelaku usaha perikanan penangkapan terhambat, karena sulitnya kredit perbankan karena masih dianggap high risk (berisiko tinggi)," ungkap Gellwynn kepada detikFinance, Kamis (10/4/2014).


Menurut data kelompok Tani Nelayan Andalan Nasional (KTNA), rata-rata bunga pinjaman perbankan nasional untuk sektor perikanan bisa mencapai 12%. Sementara di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand bunga pinjaman dipatok hanya 1,5% hingga 3%.


Sedangkan faktor lainnya yang ikut mempengaruhi jumlah tangkapan ikan tuna adalah pembatasan penggunaan BBM bagi nelayan. Seperti diketauhi dalam Permen ESDM No. 06/2014 menegaskan, nelayan pengguna kapal ikan Indonesia dengan ukuran di bawah atau di atas 30 Gross Ton (GT) dapat membeli BBM subsidi dengan kuota maksimal 25 Kiloliter (KL) per bulan.


Namun, tidak semua kapal bisa menikmati BBM subsidi tersebut. Pasalnya ada sejumlah ketentuan yang harus dipenuhi antara lain terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi masalah perikanan.


"Pembatasan BBM ini memang memegang peranan penting dalam operasi penangkapan ikan tuna. Namun efisiensi dan penguasaan teknologi itu yang paling utama," jelasnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!